Banda Aceh (ANTARA News) - Tiang-tiang beton penyangga Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh itu seakan bergoyang, ketika seratusan orang memasuki rumah ibadah umat muslim terbesar di Aceh itu sekitar pukul 10.30 WIB, Jumat (22/4).
Seratusan orang, sebagian besar di antaranya adalah anak muda, masuk ke dalam masjid bukan hendak salat, tapi disyahadatkan (ikrar) kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya.
Anak-anak muda itu sudah berbulan-bulan "akrab" dengan kehidupan komunitas "Millata Abraham" yang difatwakan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU/MUI) sebagai aliran sesat dan menyesatkan.
Tidak ada yang berbicara, satu per satu pria berbaju koko, peci hitam dan berkain sarung dan wanita berjilbab itu langsung duduk bersila dihadapan para ulama dan pemerintah yang sudah menunggu di dalam masjid.
Ada juga diantara mereka yang sesekali menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, selain hanya menundukkan kepalanya.
Tersirat juga wajah-wajah penyesalan dan malu karena sudah terlanjur menjadi anggota komunitas "Millata Abraham".
Ratusan warga lainnya juga tampak antusias ingin menyaksikan prosesi penyahadatan kembali anggota komunitas "Millata Abraham" yang dipimpin Zainuddin.
Selain beberapa orang diyakini berusia di atas 50 tahun, namun sebagian besar pengikut aliran sesat "Millata Abraham" itu adalah mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi ternama di Aceh.
"Sebagian besar pengikut ajaran sesat `Millata Abraham` itu adalah anak cerdas. Buktinya ada di antara mereka tercatat lulusan SMA unggul dan kini kuliah di perguruan tinggi ternama," kata salah seorang personil Polresta Banda Aceh.
Sebelum disyahadatkan di Masjid Raya Baiturrahman, sebanyak 139 pengikut aliran sesat tersebut diidentifikasi oleh Polri di Mapolresta Banda Aceh.
Prosesi pensyahadatan penganut aliran sesat itu diawali dengan pembacaan ayat-ayat Suci Al Quran.
Pimpinan komunitas "Millata Abraham" sebagai pihak yang mengkomandoi pembacaan ikrar (syahadat), kemudian diikuti serentak oleh anggotanya.
Dua kalimah syahadat (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah) begitu fasih diucapkan kembali oleh ratusan pengikut aliran sesat tersebut.
Kemudian, Zainuddin juga membacakan sumpah (ikrar) yang terdiri atas 10 butir, dibawah tuntunan Ketua MPU Aceh Tgk Muslim Ibrahim.
"Kami bersumpah akan kembali ke ajaran Islam sebenarnya, dengan meninggalkan faham sesat "Millata Abraham" untuk selama-lamanya," kata Zainuddin.
Dalam pengakuan itu , tidak hanya dirinya tapi juga keluarga dan ratusan orang lainnya menjadi sesat akibat perbuatannya yang mengajak warga lainnya mengikuti aliran "Millata Abraham".
Tidak ada tempat
Sementara itu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menegaskan tidak ada tempat bagi aliran sesat dan agama baru di wilayahnya.
"Kami tidak pernah memberikan toleransi jika ada aliran-aliran sesat atau agama ciptaan baru berkembang di Aceh," katanya.
Dikatakannya, meski Pemerintah Aceh telah menerapkan Syariat Islam secara kaffah (menyeluruh), memberi kebebasan kepada agama lain yang diakui negara, seperti Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu, Buddha dan Konghucu, karena agama tersebut jelas-jelas di luar Islam.
Islam di Aceh, kata Irwandi adalah "Alhlussunah Waljamaah" yang merupakan golangan dianut oleh 80 persen dari seluruh umat Islam di dunia. Statistik yang dikeluarkan Rabithah Alam Islami berkendudukan di Saudi Arabia 2010, disebutkan kini umat Islam mencapai dua miliar jiwa.
"Kita bangga umat Islam di Aceh bagian dari Ahlussunah Waljamaah yang menurut keyakinan merupakan satu-satunya golongan yang selamat di dunia dan akhirat," katanya menambahkan.
Karena itu , kata Gubernur Irwandi Yusuf, tidak boleh ada paham Syiah, Khawaru, Mu`tazilah, Bahaiyyah, Ahmadiyah, Karimiyah, Nasiriah, Druz, Qaramithah dan aliran lain di luar Sunni.
Sementara itu, Kapolda Aceh Irjen (Pol) Iskandar Hasan mengimbau mantan pengikut "Millat Abraham" yang telah kembali ke ajaran Islam sebenarnya agar tidak berpura-pura, tapi harus ikhlas.
Selain itu, ia menegaskan proses hukum terhadap pimpinan komunitas "Millat Abraham" yakni Zainuddin tetap berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.
"Kasusnya tetap kita proses sampai ke pengadilan. Akan tetapi, dengan penyahadatan kembali Zainuddin, mungkin nanti akan menjadi pertimbangan oleh majelis hakim," katanya.
Kapolda mengimbau masyarakat agar bisa menerima kembali mereka yang sebelumnya terlibat dalam aliran "Millata Abraham" dan tidak anarkis.
"Mantan pengikut aliran sesat itu kita ibaratkan saja sebagai saudara yang selama ini hilang di hutan dan kini telah kembali ke kampung halamannya masing-masing (insaf), mari kita beri mereka air minum dan makan," katanya menjelaskan.
Ketua MPU Aceh, Tgk Muslim Ibrahim berharap mantan anggota komunitas "Millata Abraham" bersungguh-sungguh kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya.
Namun yang paling penting, katanya peran orang tua dan tokoh agama dan masyarakat dilingkungan secara terus menerus membimbing mereka yang selama ini sudah khilaf.
Para orang tua juga diharapkan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya, sehingga mereka tidak cepat terpengaruh terhadap ajaran atau aliran yang tidak jelas sumbernya.
"Balai-balai pengajian di kampung-kampung harus hidup dengan suasana anak-anak dan remaja yang menuntut ilmu agama, sehingga dapat menjadi benteng dalam mengatasi penyebaran aliran sesat," kata Muslim Ibrahim.
Mudah-mudahan di masjid kebanggaan milik masyarakat di daerah berjuluk Serambi Mekah ini, menjadi saksi dan bukti bahwa Islam bukan agama yang mudah diutak-atik oleh pihak manapun.
(A042/B/A038)
Oleh Azhari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011