Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) meminta pemerintah agar menyetop impor barang jadi yang menjadi saingan atau kompetitor produk pelaku UKM dari dalam negeri .
"Saat ini sudah mulai terindikasi impor barang jadi seperti baju koko, kerudung, bahkan batik masuk ke pasar Indonesia," kata Ketua Umum Hipmi, Erwin Aksa, di Jakarta, Jumat, di sela-sela acara Joint Executive for Empowering Young Entrepreneur between Smesco UKM and Hipmi.
Erwin Aksa mengatakan, pemerintah harus secara tegas untuk menutup kran impor barang jadi tersebut untuk melindungi produk-produk serupa produksi UKM lokal.
Menurut dia, proteksi terhadap UKM lokal tidak bisa dengan hanya menaikkan tarif anti-dumping melainkan harus ada perlakuan khusus yakni menutup total kran impor barang jadi tersebut.
"Kita harus berani dan berpihak kepada UKM lokal, dengan cara seperti itu," katanya.
Pihaknya telah menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah termasuk jenis produk apa saja yang harus diproteksi.
"Kalau kita biarkan produk UKM lokal berhadapan langsung dengan produk impor terutama yang berasal dari China, maka akan sulit bersaing karena China memiliki sifat produksi massal," katanya.
Ia mencontohkan, ada sejumlah produk seperti batik ataupun tenun yang diproduksi oleh UKM lokal selama dua bulan untuk satu lembar kain. Sementara produk tiruannya yang hampir mirip diproduksi China secara massal dengan harga yang jauh lebih murah.
Menurut Erwin , produk-produk semacam itulah yang harus dijaga jangan sampai masuk ke pasar Indonesia.
"Kami sudah pantau, batik sudah mulai diimpor sebagian dari China," katanya.
Selama ini, bahan baku dari barang yang diproduksi di Indonesia sebagian merupakan hasil impor. Oleh karena itu ia berharap jangan sampai impor kemudian meluas pada produk yang sudah jadi sehingga mengancam pasar produk lokal.
Sementara itu Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan, pada kesempatan yang sama, mengatakan, sudah saatnya pengusaha Indonesia menimba pengalaman dari para pelaku usaha dari luar negeri terutama China.
"Kita harus bisa mencontoh semangatnya, harus saling tukar pikiran, pengalaman, informasi, dan menimba teknologi dari mereka," katanya.(*)
(T.H016/A011)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011