program-program kerja itu akan memiliki dampak yang besar serta panjang

Donggala (ANTARA) - Yayasan Care Peduli (YCP) Sulawesi Tengah bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan Relawan Orang dan Alam (ROA) menggelar program pemberdayaan berbasis ekonomi kerakyatan sekaligus pengurangan risiko bencana di lima desa, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Senin (29/11).

Sebanyak lima desa yang menjadi sasaran pemberdayaan itu ialah Desa Ombo, Ujumbou, Sibado, Tanjungpadang dan Tondo.


Pimpinan Yayasan Care Peduli, Buttu Ma’dika di Palu, Senin, mengatakan pemberdayaan berbasis ekonomi kerakyatan cocok untuk diterapkan pada masyarakat sepanjang pesisir pantai, sebab keberadaan masyarakat yang berkelompok itu tinggal memerlukan dorongan secara kolaborasi antarrelawan secara mandiri maupun pemerintah.

“Upaya-upaya ini sudah kita lakukan sejak pasca bencana 2018 yang lalu, wilayah kerja kita ini berfokus Kabupaten Sigi dan Donggala sebagian kecil di Kota Palu. Donggala ini kita ada lima desa dan semua basisnya adalah pemulihan ekonomi yang berintegrasi dengan pengurangan risiko bencana,” kata Buttu Ma’dika.

Dia menjelaskan lima desa tersebut umumnya terintegrasi dengan pengurangan risiko bencana, namun hanya ada tiga desa yang berdampak hingga penyusunan dokumen pengurangan risiko bencana yang akan tercantum dalam rencana pembangunan desa. Tiga desa itu ialah Desa Ombo, Ujumbou dan Sibado.

Sedangkan di Desa Tondo pihak YCP-ROA membentuk sebuah kelompok nelayan beserta koperasi kelompok, nantinya untuk meningkatkan kualitas tangkapan nelayan sekaligus membangun komunikasi dengan berbagai pihak untuk menjamin pasar.

Selain itu di Desa Tanjungpadang dilakukan pembinaan untuk mengembangkan usaha-usaha pada bidang peternakan sapi, budidaya pakan sapi serta pupuk organik berasal dari kotoran sapi.

“Di Tanjungpadang juga kita mengembangkan usaha dari kelapa, mulai dari sabut kelapanya, minyak kelapa sekaligus pengolahan virgin coconut oil (VCO)yang punya banyak manfaat diantaranya untuk kecantikan,” Buttu merincikan.

Sementara Direktur ROA, Muhammad Subarkah mengatakan program-program kerja yang berlangsung pada lima desa itu juga berfokus pada pemberdayaan kelompok-kelompok perempuan.

“Desa Sibado hari ini punya kelompok tani perempuan yang sudah rutin melakukan cocok tanam beberapa jenis tanaman holtikultura, jadi setiap hari itu pada koperasi mereka sudah punya pasar untuk menjajakan itu tapi tidak semua untuk dijual keluar sebagiannya dijual pada kampung itu sendiri,” jelas Subarkah.

Subarkah menyebut program-program kerja itu akan memiliki dampak yang besar serta panjang bagi kelangsungan hidup masyarakat Kecamatan Sirenja. Sebab hingga saat ini dalam mendukung pemberdayaan itu, YCP bersama ROA telah menyalurkan berbagai macam bantuan seperti kapal tangkap ikan berkapasitas 4 ton, teknologi pendeteksi ikan dan cuaca, handtractor serta pendampingan penyusunan dokumen pengurangan resiko bencana.

Senada dengan itu, Ketua Kelompok Tani Perempuan Balibalia Desa Sibado, Ratni mengaku merasakan dampak dari pengembangan kelompok tani yang dilakukan YCP bersama ROA.

“Sebelumnya kita belum termanajemen dengan baik, pasar juga kita masih punya satu-satu, sementara sekarang kita sudah rutin menyuplai dalam jumlah besar ke beberapa kabupaten tetangga, dan berdampak positif bagi anggota kelompok,” kata Ratni.

Karena itu ia berharap akan terus mendapat perhatian dari banyak pihak, termasuk pemerintah. Sebab dengan adanya peluang-peluang ekspor seperti saat ini, berbasis ekonomi kerakyatan kelompok-kelompok tani memerlukan dorongan-dorongan yang besar untuk meningkatkan kualitasnya berdaya saing. Mohammad Faldi
Baca juga: Mahasiswa UAI Jakarta tanam 1.000 pohon mangrove di Donggala Sulteng
Baca juga: KSP: Penanganan pandemi di Donggala perlu diperkuat
Baca juga: Sulteng siapkan Donggala jadi penyangga logistik ibu kota baru

Pewarta: Kristina Natalia
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021