Jakarta (ANTARA) - Sebelas aktor dan tim pendukung asal Indonesia terlibat dalam pertunjukan drama teater “Electra” di Toga Grand Theatre, Toga Art Park, Prefektur Toyama, Jepang, pada Sabtu (27/11).

Pertunjukan yang disutradarai oleh Tadashi Suzuki itu menampilkan ragam bahasa beserta dialeknya, dari bahasa Jepang hingga bahasa Indonesia, Minang, Jawa Jogja, Brebes, dan Sasak Lombok.

Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi dalam dialog virtual menyampaikan apresiasi kepada sutradara Tadashi Suzuki yang telah melibatkan aktor Indonesia dalam pertunjukan ini.

"Terima kasih telah melibatkan pemain teater Indonesia dalam pertunjukan yang sangat bergengsi ini. Semoga ke depannya bisa terus terjalin kolaborasi seniman Indonesia dan Jepang," ujar Heri dalam keterangan tertulis dari KBRI Tokyo, Senin.

Kepada Dubes Heri, Suzuki memastikan seluruh aktor asal Indonesia sukses membawakan peran mereka di atas panggung.

Baca juga: KBRI perkenalkan keragaman kopi Indonesia, dorong ekspor ke Jepang

"Saya senang aktor-aktor Indonesia sangat bagus bermainnya. Terima kasih Bapak Dubes atas dukungannya," kata Suzuki.

Mewakili Dubes Heri, Kepala Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Meinarti Fauzie menyerahkan omiyage dari KBRI Tokyo kepada Suzuki dan tim produksi dari Suzuki Company of Toga (SCOT), Purnati Indonesia, serta pihak sponsor The Japan Foundation.

Bambang Prihadi, aktor senior pemeran dokter dan asisten sutradara, dalam pertunjukan ini meyakini bahwa kolaborasi pemain teater Indonesia dan Jepang akan menjadi agenda bersama Indonesia-Jepang di bidang kesenian.

"Pertunjukan kali ini luar biasa. Dalam waktu singkat kami berlatih memainkan sebuah karya lama. Meskipun Bapak Suzuki sangat keras dalam melatih, tetapi beliau makin percaya pada kemampuan kami. Hal ini membuat saya optimistis kolaborasi semacam ini akan semakin terjalin ke depannya," ujar Bambang yang merupakan Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.

Andhini Puteri Lestari, pemeran Electra, mengaku senang bisa tampil dalam sebuah pentas teater kelas dunia pimpinan sutradara Suzuki.

Baca juga: Indonesia raih Penghargaan Deal Watch Award di Jepang

"Senang banget, ya. Ini penampilan perdana saya di luar negeri. Apalagi bersama sutradara senior teater kelas dunia, Bapak Suzuki,” kata Andhini yang juga aktif di Teater Koma.

Selain Andhini, pemain Indonesia yang ikut terlibat dalam drama teater "Electra" ini adalah Agatha Irena Praditya sebagai Chrysothemis dan Jamaluddin Latif sebagai Orestes.

Sebagai Wheelchair Man adalah Dian Nova Saputra, Wahyu Kurnia, Erik Nofriwandi, Ahmad Ridwan Fadjri, dan Washadi.

Di tangan Suzuki, naskah drama klasik “Electra” karya Sophocles dan Hofmannsthal difokuskan pada bagian konflik persoalan dendam Electra pada ibu kandungnya, Clytemnestra, yang menjadi dalang pembunuhan suaminya sendiri, Agamemnon.

Baca juga: KBRI Tokyo perkenalkan angklung kayu pertama di dunia

Dia dibunuh di bak mandi oleh pasangan selingkuhnya, Aegisthus, setelah kembali dari kemenangan di perang Troya.

Pertunjukan “Electra” yang disaksikan sekitar 200 orang penonton ini menggunakan set latar dan sayap kanan kiri hitam yang tersusun masif dari kotak-kotak persegi panjang dengan rangka besi sedikit renggang. Seperti ingin menggambarkan kemegahan, sekaligus keterasingan dan kesepian yang menyakitkan.

Kemasan musik perkusi dimainkan secara performatif oleh komposer Jepang Midori Takada, di sisi kiri panggung sejak awal hingga akhir pertunjukan.

Tadashi Suzuki adalah sutradara teater avant garde kenamaan yang dikenal dengan metode Suzuki. Ia menulis sejumlah buku dan kerap melakukan pementasan yang melibatkan pemain mancanegara di berbagai belahan dunia.

Baca juga: KBRI Tokyo dorong kerja sama investasi dengan pebisnis Fukuoka
Baca juga: Gandeng "startup", KBRI Tokyo promosikan produk Indonesia di Jepang

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021