Sayangnya untuk penurunan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) per tahun masih kecil yakni hanya 1,2 persen sementara kita punya cita-cita sampai 2024 nanti tidak ada lagi yang BABS di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Koordinator Bidang Sanitasi Direktorat Perumahan dan Permukiman Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Laisa Wahanudin mengatakan bahwa akses terhadap sanitasi layak meningkat rata-rata 2,35 persen per tahun sepanjang 2011 sampai 2020.
"Jadi ini sudah cukup bagus. Sayangnya untuk penurunan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) per tahun masih kecil yakni hanya 1,2 persen sementara kita punya cita-cita sampai 2024 nanti tidak ada lagi yang BABS di Indonesia," katanya dalam webinar "Hari Toilet Sedunia" yang diiikuti di Jakarta, Senin.
Ia menyatakan saat ini sebanyak 6,19 persen dari total rumah tangga di Indonesia masih melakukan BABS di tempat terbuka. Capaian akses terhadap sanitasi layak di 17 provinsi pun masih di bawah rata-rata nasional.
Pada 2024 mendatang, pemerintah menargetkan 90 persen dari total rumah tangga di Indonesia telah memiliki sanitasi layak. Sebanyak 15 persen di antaranya diharapkan telah memiliki sanitasi aman.
"Pada akhir 2020 kemarin, sekitar 80 persen rumah tangga telah memiliki akses terhadap sanitasi layak dengan 7,64 persen di antaranya memiliki sanitasi aman," katanya.
Sanitasi layak, kata dia, telah memenuhi persyaratan kesehatan seperti penggunaan kloset leher angsa dan penggunaan tangki septik atau Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) untuk pembuangan air tinja.
Sementara itu, sanitasi aman adalah sanitasi layak dengan penyedotan septic tank minimal setiap tiga sampai lima tahun sekali.
"Untuk mencapai target akses sanitasi 2024 nanti, kita membutuhkan paling tidak 505 unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan ini tidak sedikit. Kita kurang lebih secara nasional membutuhkan 1.153 truk tinja untuk melayani sedot tinja guna diolah di IPLT," katanya.
Pemerintah juga menargetkan sebanyak 1,7 juta rumah tangga tersambung dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sampai akhir tahun 2021 ini.
"Tentunya ini pekerjaan dengan dana cukup besar. Yang tidak kalah penting adalah agar pembangunan infrastruktur pengolahan limbah bisa berlanjut sehingga apa yang kita bangun bisa dimanfaatkan dengan baik," demikian Laisa Wahanudin .
Baca juga: Soal BAB sembarangan, Indonesia masih nomor dua di dunia
Baca juga: Jamban belum terjangkau 1.884 keluarga di Banjit Lampung
Baca juga: Kabupaten Muba fasilitasi infrastruktur toilet warga bantaran sungai
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021