"Saya mengundang para perancang di New York dan seluruh Amerika untuk menyuntikkan cerita mereka melalui batik. Semoga dengan demikian, mereka menemukan Indonesia dan diri mereka sendiri," kata Dubes Dino dalam acara peluncuran yang dilangsungkan oleh Konsulat Jenderal RI di New York, Rabu (20/4) malam.
Dalam acara yang antara lain dihadiri kalangan perancang, sekolah desain baju-tekstil, lembaga dan industri tekstil serta media Amerika itu, Dino meyakinkan publik AS bahwa merancang batik membawa keuntungan besar bagi perkembangan individu maupun kemajuan peradaban dunia secara umum.
Ia berargumentasi bahwa saat ini dunia berkembang menjadi era pertukaran dan pembauran antara Barat dan Timur.
Sementara di sisi lain, berbagai aspek negatif terus mewarnai kehidupan dunia, seperti kebencian, konflik, intoleransi dan kepicikan.
"Salah satu cara paling penting untuk mengatasi masalah-masalah itu adalah mengembangkan pertukaran budaya dan saling mengerti.... Dengan demikian kita bisa menemukan `diri kita yang baru`," ujarnya.
Menyusul ditetapkannya batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tahun lalu UNESCO tahun lalu, Dino menerangkan bahwa batik tidak sebatas sebagai desain.
"Batik bernilai spiritual, setiap batik memiliki cerita," katanya.
Ia mencontohkan pada masa lalu batik memuat cerita kepedihan karena berkaitan dengan saat-saat Indonesia mengalami penjajahan.
"Sekarang batik mengandung berbagai cerita seperti perjalanan hidup seseorang, ekspresi cinta, kebahagiaan, kemarahan, harapan, kebanggaan. Banyak sekali, ribuan cerita yang dituangkan oleh mereka yang merancangnya," kata Dino.
Dalam acara peluncuran, para undangan mendapat pemaparan mengenai berbagai ketentuan kompetisi yang diselenggarakan oleh seluruh perwakilan RI yang berada di Amerika Serikat.
Mereka juga dapat melihat gambar contoh Batik Amerika --yang pernah dirancang oleh Iwan Tirta untuk Presiden AS Ronald Reagan saat berkunjung ke Indonesia; serta gambar para pesohor Amerika yang pernah terlihat mengenakan Batik Indonesia, antara lain Jessica Alba, Santana dan Julia Roberts.
Peluncuran kompetisi di New York itu juga menghadirkan peragaan koleksi busana batik milik perancang Oscar Lawalata serta pertunjukan Tari Merak dan Tari Yapong oleh kelompok tari yang berbasis di New York, Saung Budaya.
Sementara itu ketika menjawab pertanyaan ANTARA, Dino mengatakan desain batik yang akan dinilai oleh panitia harus memenuhi berbagai kriteria, salah satunya adalah bahwa desain yang bersangkutan harus memuat `nyawa batik`.
"Susah menjelaskannya, tapi intinya adalah begitu orang melihat desainnya, nyawa batiknya terasa. Seperti kalau kita melihat denim, jeans, jelas itu bukan batik. Jadi nyawanya harus batik. Nyawanya Indonesia, bungkusnya Amerika," ujar Dino.
Sebagai upaya untuk mengundang partisipasi, menurut Dino pihak penyelenggara kompetisi akan mengirim tim mengunjungi sekolah-sekolah desain busana di berbagai kota di Amerika untuk mengadakan pelatihan tentang batik, termasuk menunjukkan contoh-contoh batik.
Sebelum oleh KJRI New York, peluncuran kompetisi telah dilangsungkan oleh KBRI Washington DC pada 8 April lalu dan juga akan diselenggarakan oleh KJRI Los Angeles, KJRI Houston, KJRI Chicago dan KJRI San Francisco.
Kompetisi desain batik bergaya Amerika itu hanya boleh diikuti oleh warga negara Amerika dan mereka yang berumur minimal 16 tahun.
Target kompetisi ini adalah kalangan mahasiswa atau para lulusan sekolah seni dan desain, khususnya desain tekstil yang ada di AS.
Dewan juri kompetisi akan terdiri dari ahli-ahli batik, perancang busana Indonesia dan Amerika, juga tokoh-tokoh industri tekstil dan busana kedua negara --yang diharapkan berminat membeli portfolio pemenang kompetisi untuk diproduksi secara massal dan diperjualbelikan di AS.
Selain berhadiah uang, kompetisi batik ini juga akan memberikan kesempatan kepada tiga pemenang untuk mengikuti "tur batik" ke Indonesia serta berpameran di Indonesia dan Amerika.
Pengumuman pemenang kompetisi akan dilaksanakan di San Francisco pada November 2011. (TNY/K004
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
tjoret.blogspot.com