Batang (ANTARA News) - Puluhan warga dari sejumlah desa Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat pagi, menutup paksa jalur alternatif Batang-Pekalongan dengan menumbangkan pepohonan ke tengah jalan.
Aksi massa tersebut dipicu kekecewaan mereka setelah melihat kondisi jalan sepanjang sekitar lima kilometer terus dibiarkan rusak.
Sejumlah warga yang melakukan penutupan paksa jalan di jalur alternatif tersebut, yaitu Desa Banjiran, Masin, Cepagan, dan Pesaren.
Don Turijat, seorang warga setempat mengatakan sebenarnya warga sudah lama memendam kekecewaan terhadap kondisi jalan itu yang semakin parah.
Kerusakan jalan di jalur alternatif Batang-Kota Pekalongan ini, katanya, sudah berlangsung sekitar setahun dan hingga kini kondisinya terus dibiarkan semakin parah oleh pemkab setempat.
"Aksi menanam pohon dan pemblokiran jalan di jalur alternatif itu dilakukan warga karena mereka kecewa dengan sikap pemkab setempat. Kami berharap dengan adanya aksi itu, pejabat pemkab bisa secepatnya memperbaiki kerusakan jalan itu.
Akibat pemblokiran jalan tersebut menyebabkan aktivitas para pedagang terganggu karena para sopir angkutan yang akan membawakan barang dagangan mereka ikut melakukan aksi mogok.
Kepala Kepolisian Sektor Warungasem, AKP Gumana mengatakan seharusnya warga tidak perlu melakukan aksi pemblokiran jalan karena dampaknya masyarakat yang akan merugi.
"Aksi pemblokiran seharusnya tidak perlu dilakukan warga karena mereka bisa menyampaikan aspirasinya ke DPRD dan Pemkab Batang," katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Jalan Kabupaten Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kabupaten Batang, Suko Winarno mengatakan saat ini, pemkab masih menyiapkan panitia pengadaan barang dan jasa secara elektronik yang akan dilaunching April 2011.
"Karena itu, kami meminta masyarakat bersabar dengan kondisi kerusakan jalan di sepanjang jalur Desa Banjiran hingga Pandansari. Kami akan secepatnya melakukan perbaikan jalan setelah terbentuk panitia pengadaan barang," katanya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011