Indonesia menindaklanjuti pada 28 November
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan kemunculan Omicron (B.1.1.529) menjadi bukti bahwa dunia, termasuk Indonesia saat ini sudah jauh lebih cepat dan canggih dalam mendeteksi varian baru SARS-Cov-2 penyebab COVID-19.
"Varian Omicron ini diidentifikasi pertama kali masuk GSAID 9 November, menjadi variant under investigation (VUI) pada 24 November, langsung ditingkatkan menjadi variant of concern (VOC) pada 26 November, dalam dua hari dan Indonesia menindaklanjuti pada 28 November," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers yang diikuti dari aplikasi Zoom, Minggu malam.
Menurut Budi varian baru COVID-19 selalu diikuti dengan peristiwa lonjakan kasus di sejumlah negara di dunia. Pengelompokan varian Omicron sebagai VOC tergolong cepat sebab memiliki sekitar 50 mutasi virus, terdiri atas 30 mutasi di bagian spike atau mahkota virus yang didominasi varian Alpha, Delta dan Gamma.
Mutasi tersebut terbagi atas tiga kelompok yakni mutasi yang meningkatkan keparahan, mutasi yang meningkatkan penularan dan mutasi yang dapat menghindari efikasi vaksin.
"Khusus Omicron ini studinya masih berjalan. Jadi jangan termakan berita hoaks seakan mereka menjadi ahli virologi. Karena ini bukan bidang dokter, ini bidangnya virologi," katanya.
Budi memastikan sampai saat ini belum ada indikasi varian Omicron meningkatkan keparahan pada manusia yang tertular.
"Untuk transmisi penularan, kemungkinan besar dia lebih cepat menular sedang difinalisasi reserch-nya," katanya.
Terkait indikasi menurunkan kemampuan antibodi dari infeksi atau vaksinasi, kata Budi, masih memungkinkan terjadi. "Masih diteliti para ahli," katanya.
Baca juga: AstraZeneca teliti dampak varian baru COVID terhadap vaksin buatannya
Baca juga: WHO namai varian baru COVID Afsel omicron, yang diwaspadai
Baca juga: Afsel: Larangan perjalanan atas varian baru COVID tak dapat dibenarkan
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021