Yogyakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Halim Alamsyah, mengatakan bahwa industri perbankan syariah yang saat ini sedang berkembang pesat di Indonesia dapat berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Ini karena aktivitas perbankan syariah tidak diatur berdasarkan mekanisme pasar seperti yang terjadi di AS, dan pemerintah memiliki keterlibatan dalam menjaga kemashlatan umat," ujarnya dalam pembukaan seminar BI mengenai perbankan syariah di Yogyakarta, Rabu.

Ia menjelaskan industri perbankan syariah juga dapat mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan karena melarang kegiatan-kegiatan berbau spekulasi atau shadow banking yang memisahkan sistem keuangan dengan sektor riil.

"Industri perbankan syariah melarang kegiatan-kegiatan berbau spekulasi karena harus ada underlying. Dan industri tanpa keterkaitan dengan sektor riil, dapat menimbulkan bubble," ujarnya.

Menurut Halim, industri perbankan berbasis syariah ini mulai berkembang pada 2008 dengan munculnya UU 21 tahun 2008 serta pembukaan pasar surat berharga syariah negara (SBSN atau sukuk negara).

"Sejak saat ini mulai tumbuh lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan pasar finansial syariah dan non lembaga finansial untuk berkembang lebih baik," ujarnya.

Saat ini berdasarkan data Februari 2011, ada 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Syariah serta 151 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total aset sebesar Rp104 triliun.

Namun, pangsa pasar perbankan syariah pada akhir 2010 hanya menyumbang 3,3 persen dari keseluruhan pangsa pasar perbankan nasional.

Jumlah tersebut diharapkan meningkat karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi pemeluk Islam terbesar di dunia.

"Kami mengharapkan dapat lebih dari 3,3 persen. Dengan target akhir 2011 dapat mencapai 3,6-3,7 persen karena adanya pertambahan enam bank umum syariah, BPRS dan unit syariah baru yang baru terbentuk," ujarnya.

Halim menginginkan seminar yang dihadiri oleh banyak pakar perbankan syariah nasional dan global ini dapat menjawab permasalahan isu perbankan syariah yang sedang berkembang di Indonesia dan tingkat global.

Profesor of Banking and Financial Regulation Loughborough University Maximilian JB Hall asal Inggris menambahkan industri perbankan syariah dapat bertahan dari krisis global karena tidak terkait dengan mekanisme pasar dan tanpa spekulasi.

Ia menambahkan pada 2010 pertumbuhan aset perbankan syariah global mencapai 8,9 persen dengan total aset sebesar 900 miliar dolar AS.

"Jumlah tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat dari angka pertumbuhan pada 2006," ujarnya.

Menurut dia, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dapat lebih meningkat dan tumbuh secara signifikan asalkan sarana infrastruktur pendukung untuk mempromosikan program serta instrumen syariah dapat terwujud.

"Industri perbankan syariah dapat tumbuh apabila ada sarana infrastruktur pendukung, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengentaskan kemiskinan dengan pemberian kredit bagi keluarga miskin," ujar Maximilian.

Apalagi saat ini, lanjut dia dari populasi penduduk Islam dunia sebanyak 1,6 miliar orang hanya sekitar 12 persen saja yang menggunakan instrumen perbankan syariah. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011