Jakarta, 20/4 (ANTARA) - Film-film yang mengambil latar belakang budaya Indonesia akan ditayangkan secara rutin oleh SCTV. Film yang dirangkai dalam program Sinema Wajah Indonesia ini disambut positif oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar).
"Ini adalah sebuah upaya yang sangat baik yang dimulai oleh SCTV. Film semacam ini akan membentuk karakter bangsa sehingga relevan dengan visi dari Hari Film Nasional. Program ini luar biasa, karena bisa mengangkat wajah Indonesia. Kami sangat mendukung," ujar Direktur Perfilman Kemenbudpar, Syamsul Lussa mewakili Menbudpar Jero Wacik dalam acara peluncuran Sinema Wajah Indonesia 2011 di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (19/4) malam.
Sinema Wajah Indonesia merupakan program lanjutan Sinema 20 Wajah Indonesia yang telah sukses digelar tahun lalu dan mendapatkan penghargaan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Syamsul berharap, inisiatif SCTV menayangkan program semacam ini bisa dicontoh oleh televisi lain. Semoga ini bisa menjadi contoh. "Kalau film yang ditayangkan di bioskop, hanya bisa menjangkau sekitar 11 persen masyarakat di Indonesia karena gedung bioskop kita terbatas. Sedangkan jika film yang mendidik semacam ini disiarkan di televisi, daya jangkaunya bisa lebih luas sehingga setiap orang bisa nonton," ujar Syamsul.
Direktur Program dan Produksi SCTV, Harsiwi Achmad mengatakan, program ini merupakan upaya untuk memberikan gaya baru bagi tayangan di televisi. "Banyak masyarakat yang bertanya, kapan televisi kita bisa memberikan tayangan yang mendidik dan berkualitas. Sinema Wajah Indonesia adalah jawabannya," ujar Harsiwi.
SCTV menggandeng sejumlah nama yang telah ahli untuk menggarap program ini, seperti Dedi Mizwar, Arswendo Atmowiloto dan Putu Wijaya. Dari segi penggarapan, proses syuting dilakukan dengan video HD yang biasa digunakan untuk memproduksi film layar lebar agar gambar yang dihasilkan berkualitas.
Dedy Mizwar mengatakan, banyak sekali kebudayaan di Indonesia yang menarik untuk dijadikan cerita film. Dirinya berharap, masyarakat bisa memberi masukan untuk ide cerita tersebut. "Banyak sekali yang bisa diangkat. Tapi kan penulis skenario terbatas, jadi tidak semua kebudayaan di Indonesia bisa difilmkan. Paling tidak, Sinema Wajah Indonesia ini bisa mewakili berbagai kebudayaan tersebut," ujar Dedy.
Sinema Wajah Indonesia akan mulai tayang pada 23 April mendatang diawali dengan judul film Mahasmara yang bercerita tentang mitos Bahu Laweyan di Solo. Program ini akan ditayangkan rutin setiap dua minggu sekali pada hari Sabtu pukul 23.30.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Ka. Pusformas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Pewarta: Adityawarman
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011