Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng melepas Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia (Seven Summits) yang akan menjalani pendakian kelima yaitu ke Puncak Denali/McKinley (6.194 mdpl) di Alaska, Amerika Utara.
Tim Ekspedisi yang beranggotakan lima pendaki inti yaitu Ardeshir Yaftebbi, Fajri Al Luthfi, Martin Rimbawan, Nurhuda dan Iwan Irawan serta dua orang tim pendukung dilepas secara langsung di Auditorium Kemenpora, Jakarta, Selasa.
Dalam pelepasan tersebut selain dihadiri seluruh pendaki juga tim pendukung diantaranya Ketua Harian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia, Yoppie R Saragih serta jajarannya termasuk dari sponsor. Rencananya tim berangkat Jumat (22/4).
"Ini adalah sebuah prestasi yaitu membuat bendera Merah Putih berkibar di tingkat global. Sudah waktunya Indonesia menjadi inspirasi bagi negara lain," kata Andi Mallarangeng saat melepas tim.
Perwakilan Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia, Anies Baswedan mengatakan, anak-anak muda yang akan melakukan pendakian ini diharapkan menjadi motivator bagi anak muda lainnya di Indonesia. "Semoga ini menjadi inspirasi termasuk bagi bangsa dan negara," katanya.
Puncak Denali adalah pundak kelima dari tujuh puncak yang menjadi sasaran. Tim yang sebelumnya berjumlah enam orang itu telah menyelesaikan empat pendakian.
Empat pendakian yang telah dilakukan adalah Puncak Cartenz (4.884 mdpl) di Papua, Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Tanzania, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia dan Aconcagua di Argentina. Namun pada pendakian keempat hanya lima pendaki saja yang sukses sampai puncak.
Satu pendaki yang juga satu-satunya pendaki perempuan yaitu Gina Apriani gagal mencapai Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) karena mengalami sakit saat pendakian hampir mencapai puncak. Dengan kondisi itu mahasiswi UPI Bandung itu tidak bisa meneruskan pendakian.
Setelah ke Puncak Denali, Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia akan melanjutkan pendakian ke Puncak Vinson Massif (4.897mdpl) di Kutub Utara dan terakhir atap dunia Puncak Everest (8.848 mdpl) di Himalaya.
"Ini referensi Indonesia. Keberhasilan mereka adalah keberhasilan kita," kata Rektor Universitas Paramadina itu.
Sementara salah satu pendaki Ardeshir Yaftebbi mengatakan, pendakian kelima yang akan dilakukan merupakan yang terberat dibandingkan pendakian sebelumnya. Dengan demikian diperlukan persiapan khusus baik mental dan fisik.
"Kami berangkat lebih awal. Sebelum melakukan pendakian kami akan melakukan kursus pendakian terlebih dahulu. Yang jelas proses pendakian ini lebih panjang dibandingkan empat pendakian sebelumnya," katanya.
Menurut dia, untuk mempersiapkan mental maupun fisik sebelum mendaki puncak tertinggi di Kutub Utara itu pihaknya telah melakukan latihan maksimal sejak awal Januari diantaranya di Tebing Parang, Desa Sukamulya, Purwakarta, Jawa Barat, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan di Cisolok, Kabupaten Sukabumi.
Dipilihnya Tebing Parang, kata dia, bukan tanpa alasan, diantaranya adalah lokasi tersebut merupakan bukit tertinggi di Jawa Barat. Latihan di lokasi tinggi salah satu tujuannya adalah untuk mengatasi rasa takut di ketinggian dan untuk latihan beban.
"Selain itu membiasakan diri dalam ketinggian, kami juga harus fokus pada mental dan fisik. Puncak Denali adalah puncak paling ekstrem dan berbahaya serta cuacanya sering tiba-tiba berubah. Rencananya pendakian kepuncak antara 14-19 Mei nanti," katanya menambahkan.
Untuk itu, kata dia, pihaknya meminta doa restu kepada seluruh masyarakat Indonesia agar misi untuk membawa nama harum negara di bidang pendakian bisa terlaksana sesuai dengan tujuan awal dilakukannya Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia.
(B016)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011