Semangat yang terkandung dalam Max Havelaar menjadi cikal bakal tumbuhnya semangat anti kolonialisme di Eropa khususnya di Belgia"
London (ANTARA News) - Buku Max Havelaar karangan Edward Douwes Dekker yang mengisahkan penjajahan Belanda di Banten, menjadi salah satu bacaan wajib siswa di Belgia.
"Semangat yang terkandung dalam Max Havelaar menjadi cikal bakal tumbuhnya semangat anti kolonialisme di Eropa khususnya di Belgia," ujar Rektor Katholieke Universiteit Leuven, Prof. Mark Waer.
Prof. Waer menyampaikan hal itu ketika menerima kunjungan Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno di Leuven, Belgia.
Dia juga menyebutkan bahwa buku Max Havelaar, yang berisi s tentang kesewenangan Belanda ketika menjajah Indonesia, dipandang sebagai kritik terhadap praktik kolonialisme Eropa pada masa itu.
Buku karangan Edward Douwes Dekker, yang juga dikenal sebagai Multatuli, menjadi bagian penting dari literatur di Belgia.
Prof. Waer menjelaskan Universitas Leuven, yang didirikan pada tahun 1425, menggagas Multatuli Lecture sejak 1997 sebagai suatu kuliah umum tentang isu-isu multikulturalisme dan pluralisme.
Tujuan penyelenggaraan Multatuli Lecture adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan yang terkait dengan multikulturalisme dan demokratisasi di Eropa.
Dubes Havas Oegroseno sedang mengadakan safari akademis dibeberapa universitas di Belgia. Siaran Pers KBRI Brussel menyebutkan, Sementara itru, Dubes Oegroseno dalam kesempatan itu mengatakan mengatakan Indonesia dan Belgia memiliki keterkaitan secara sejarah karena Douwes Dekker harus melakukan sebagian penulisan Max Havelaar di Belgia karena situasi yang tidak kondusif.
Oegroseno menilai Belgia memiliki keunggulan komparatif di bidang pendidikan dibanding negara lain. Biaya pendidikan untuk universitas di Belgia paling murah di Eropa, dibandingkan Negara lainnya, ujarnya.
Misalnya tuition fee untuk program sarjana di universitas publik di Belgia, yang berada di wilayah Vlaanderen berkisar antara 500 hingga 600 Euro per tahun, sementara program master berkisar 800 hingga 1.000 Euro per tahun.
"Kualitas universitas dan program yang ditawarkan di Belgia juga sangat tinggi, terbukti dari beberapa universitas di Belgia menduduki peringkat tinggi di Eropa," tegasnya.
Oegroseno juga memberikan kuliah umum di Fakultas Hukum Universitas Leuven tentang Indonesia dan sistem jaringan pengaman sosial dalam rangka perlindungan warga miskin.
(H-ZG/A011)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011