Nunukan (ANTARA News) - Sejumlah anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang belajar di SMKN 1 dan SMPN 1 Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (Kaltim), membutuhkan asrama.
"Selama ini mereka menumpang di rumah-rumah warga masyarakat setempat dan sebagian ditampung di rumah guru," ungkap Kepala SMKN 1 Sebatik, Gofur di Nunukan, Rabu
Selama empat tahun, para TKI yang berlajar di SMKN 1 kata Gofur menumpang gedung SMPN 1 Sebatik.
"Banyak guru SMKN 1 yang merasa kasihan sehingga menampung beberapa siswa dan pelajar yang orang tuanya bekerja sebagai TKI di Seberang (Tawau). Kami (SMKN 1) menumpang gedung SMPN 1 karena gedung sekolah kami masih sementara dalam proses pembangunan," kata Gofur.
Sebagian besar siswa SMKN 1 dan SMPN 1 Sebatik kata dia merupakan anak TKI.
"Dari 187 siswa SMKN 1, hampir setengahnya merupakan anak TKI begitupun dengan pelajar SMPN 1 sebagian besar ditinggal orang tuanya ke Malaysia," ungkap Kepala SMKN 1 Sebatik itu.
Bahkan lanjut dia, anak TKI tersebut banyak yang kurang mampu membayar biaya pendidikan.
"Mereka juga umumnya mampu membayar biaya pendidikan karena hanya sekali setahun dapat kiriman uang dari orang tuanya. Kami juga sangat khawatir, mereka tidak bisa mengikuti PSG (Pendidikan Sistem Ganda) yang biayanya Rp560 ribu per siswa," kata Gofur.
Kepala SMKN 1 Sebatik tersebut berharap, pemerintah memberikan bantuan kepada anak TKI tersebut.
"Kami berharap, pemerintah dapat memberikan bantuan dengan membangun asrama khusus bagi anak TKI yang tengah menempuh pendidikan tersebut," kata Gofur.
Salah seorang guru SMKN 1 Sebatik, Sumiati mengaku menampung dua anak TKI tersebut.
"Sebagian besar menumpang di rumah warga dan banya juga guru yang menampung mereka. Ada dua anak TKI yang tinggal di rumah dan mereka memiliki semangat belajar yang cukup besar," kata Sumiati yang juga menjabat Kepala Program Kejuruan SMKN 1 Pulau Sebatik tersebut.
Umumnya, orang tua siswa dan pelajar SMPN 1 dan SMKN 1 Sebatik itu lanjut dia bekerja sebagai TKI di perkebunan kelapa sawit di Tawau, Malaysia.
"Hanya sekali setahun, orang tua mereka baru datang menjenguk. Jadi, kami berharap ada perhatian pemerintahh terkait anak-anak TKI ini sebab kemaun mereka untuk bersekolah harus ditunjang. Kami kesulitan sebab tidak tahu mencarikan dana dari mana untuk membantu mereka," katanya.
Hal yang paling penting dan sangat dibutuhkan mereka yakni, tempat tinggal atau asrama sebab tidak selamanya masyarakat bisa menampung mereka, kata Sumiati.(*)
(T. A053/S019)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011