Malang (ANTARA News) - Beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menjadi korban doktrinisasi jaringan Negara Islam Indonesia (NII) mendapatkan pendampingan bimbingan dari para psikolog kampus tersebut.
Kepala Humas UMM Nasrullah dalam rilisnya, Selasa, mengatakan, korban yang sudah sadar tersebut masih diliputi trauma dan saat ini telah diberikan pendampingan secara psikologis serta dalam pengawasan dari pihak kampus agar tetap bisa konsentrasi belajar.
"Sebenarnya kami menyayangkan ekspos dari beberapa media yang juga mencantumkan nama jelas para korban maupun pelaku perekrutan. Kami khawatir pelaku akan melarikan diri dan korban yang saat ini masih dalam pengaruhnya akan semakin sulit terlacak," tegas dosen FISIP UMM tersebut.
Menurut dia, perekrutan (doktrinisasi) yang dilakukan organisasi radikal tersebut merupakan penipuan dengan modus baru dengan mengajak para korban untuk hijrah dan bergabung dengan organisasinya. Doktrinasasi para pelaku terhadap korban bahwa mengikuti NKRI maka dianggap kafir.
Jaringan pelaku diperkirakan sudah sangat kuat, terbukti ada beberapa nama yang disebut korban sebagai mahasiswa asal Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Cirebon, dan Malang. Para korban adalah mahasiswa baru yang didekati sejak sebelum memperoleh sentuhan pembekalan orientasi studi di kampus.
Calon korban mula-mula diajak bertemu dan berdiskusi di mal, restoran cepat saji atau cafe-cafe. Korban lalu diajak ke sebuah tempat di Jakarta dengan rute Surabaya-Yogya-Jakarta untuk alasan uji kesetiaan korban ditutup matanya sampai turun di rumah tempat pembaiatan.
Korban di baiat lalu diberi nama baru. Sebagai bukti kesetiaan pula korban diminta sejumlah uang antara Rp10-30 juta dengan cara membohongi orang tua. Korban juga ditugasi (pada umumnya korban patuh) untuk merekrut anggota baru dari lingkungan kelas dan teman mainnya.
Nasrul juga mengungkapkan, di UMM, penipuan dengan modus tersebut pernah terjadi pada Oktober 2008. Tim UMM segera bergerak cepat sehingga tiga orang korban berhasil diselamatkan, namun satu orang yang juga diminta mengaku tidak mau kembali ke jalan yang benar dan akhirnya di DO.
Terbongkarnya penipuan ini berkat tersadarnya salah seorang korban setelah memperoleh kuliah Al-Islam serta laporan orang tua yang diminta sejumlah uang oleh anaknya, padahal di UMM semua pembayaran resmi sudah tertuang dalam Buku Pedoman Pembayaran Keuangan mahasiswa, sehingga bila terjadi pembayaran di luar itu orang tua bisa menginformasikan kepada pihak kampus.
Pada bulan Maret 2011, tim UMM juga berhasil membongkar modus serupa. Sejumlah sembilan mahasiswa UMM, umumnya dari Fakultas Teknik jurusan Informatika dan Fikes, masing-masing masih angkatan 2010, berhasil disadarkan dari pengaruh penipuan. Perburuan tim juga mengarah kepada dua mahasiswa lainnya yang masih belum mengaku dan hingga kini masih terus dilacak keberadaannya.
Korban yang sudah sadar mengaku keluar dari kelompok radikal itu karena ajarannya tidak sesuai dengan yang diperoleh dari kampus melalui Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK) dan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).
"Orang tua korban yang berkomunikasi dengan pihak kampus diajak bersama-sama menelusuri korban yang belum kembali, yakni MR dan AAPP. Kepada keluarga korban pihak UMM memberikan semua data temuan, foto-foto hasil investigasi, serta skema modus operandi penipuan, untuk bisa dimanfaatkan bagi pencarian keberadaan korban," ujar Nasrullah.
(E009/Z003/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011