London (ANTARA News) - Harga minyak di London merosot pada Senin waktu setempat setelah lembaga pemeringkat Standard & Poor`s memangkas prospek (outlook) pada utang negara Amerika Serikat menjadi "negatif" dan karena lembaga-lembaga industri utama menyatakan kekhawatiran tentang biaya energi yang tinggi, demikian AFP melaporkan.
Pada akhir perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk Juni turun 2,09 dolar menjadi 121,36 dolar AS.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei menyusut 2,66 dolar AS menjadi 107 dolar AS per barel.
Harga, yang sudah jatuh karena `profit taking` (ambil untung), mempercepat penurunan mereka setelah S&P mengeluarkan peringatan pertama pada utang negara AS, mengutip utang yang menjulang dan defisit fiskal Washington.
Amerika Serikat adalah konsumen terbesar minyak di dunia.
S&P "telah menimbulkan kekhawatiran besar di hampir setiap kelas aset dari mata uang hingga komoditas untuk indeks," kata Ian O`Sullivan, analis pada kelompok perdagangan Spread Co.
Saham AS dibuka melemah tajam setelah peringatan S&P, sementara harga emas mencapai rekor tinggi hanya singkat dari 1.500 dolar AS per troy ons dalam perdagangan London karena logam mulia menguntungkan dari status `safe haven`-nya.
Sebelumnya, Sekjen OPEC Abdullah El-Badri mengatakan kartel itu"khawatir" oleh harga minyak mentah yang tinggi.
"Kita melihat bahwa ada resiko premi 15-20 dolar AS pada saat ini," kata Badri kepada wartawan di Kuwait.
Dia berbicara menjelang pertemuan meja bundar bagi para menteri energi Asia yang kemudian untuk membahas dampak kenaikan harga minyak yang tinggi terhadap perekonomian.
Komentar Badri juga terjadi setelah ketua Badan Energi Internasional, Nobua Tanaka, mengatakan harga minyak "sangat tinggi" dan bahwa kelompoknya khawatir bahwa hal ini dapat merusak pertumbuhan ekonomi dan permintaan.
Sebagai tanggapan, produsen minyak Teluk pada Senin meyakinkan konsumen cukup persediaan untuk membantu menghentikan kenaikan harga yang dipicu oleh kerusuhan yang melanda Tengah Timur dan perdagangan spekulatif.
"Tentu saja, posisi Arab Saudi di pasar minyak dunia berdasarkan pada komitmennya untuk menjaga kapasitas cadangan demi stabilitas harga dan pasar," kata Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi dalam pertemuan meja bundar.
Naimi mengatakan kapasitas cadangan kerajaan itu lebih dari 3,5 juta barel per hari yang Riyadh dapat digunakan kapan pun diperlukan.
Menteri Perminyakan Kuwait Sheikh Ahmad Abdullah al-Sabah mengatakan bahwa situasinya berbeda dari 2008, ketika harga minyak melesat ke posisi tertinggi selama ini pada 147 dolar, karena kapasitas cadangan yang tersedia melimpah.
Tapi dia mengatakan "volatilitas harga menimbulkan dilema yang signifikan," menghubungkan kenaikan tajam harga terhadap kombinasi berbagai faktor.
"Kenaikan harga minyak ini disebabkan oleh hilangnya volume besar minyak mentah sweet dari pasar (minyak Libya), kebijakan moneter ekspansif, dolar lemah, ketakutan penyebaran kerusuhan politik kepada produsen lain dan permintaan kuat di ... Asia," kata menteri Kuwait.
Dia juga mengatakan bahwa pedagang minyak mendorong harga lebih tinggi dan memperkuat sinyal harga melalui perdagangan spekulatif yang merajalela. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011