Jakarta (ANTARA) -- Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) Q4 2021 menunjukkan adanya kenaikan harga properti pada semua tipe properti. Insentif pembelian baru dari pemerintah juga turut mendorong konsumen untuk mencari hunian idaman mereka sesegera mungkin.

Country manager Rumah.com Marine Novita mengatakan, situasi yang semakin membaik ini pun membuat pengembang merasa lebih optimistis menghadapi prospek industri properti ke depan.

"Setelah pengembang sempat mengurangi suplai demi menghabiskan stok hunian yang ada, kini pembangunan rumah tapak dan apartemen kembali ditingkatkan. Konsumen juga tidak lagi merasakan ketakutan dan menghindari area pusat kota yang cenderung lebih padat," jelas Marine.

Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) kembali dipublikasikan oleh Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia pada kuartal keempat 2021 ini sebagai panduan bagi para pencari rumah dalam mengambil keputusan pembelian properti dan menemukan properti yang tepat dengan harga yang akurat.

Rumah.com Indonesia Property Market Index pada kuartal ketiga 2021 mencatat, indeks harga properti hunian mengalami kenaikan sebesar 1,80 persen secara kuartalan. Pertumbuhan kenaikan harga properti pada kuartal ketiga 2021 sedikit mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan kenaikan pada kuartal sebelumnya Q2 2021 yaitu sebesar 2,24 persen secara kuartalan.

Berdasarkan jenis propertinya, rumah tapak dan apartemen masing-masing mengalami peningkatan sebesar 1,81 persen dan 0,84 persen dibanding kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter). Adapun secara tahunan (year-on-year), harga properti secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 3,24 persen, di mana harga rumah tapak naik 4,39 persen, sementara harga apartemen turun 2,57 persen.

Marine menambahkan, jika melihat data hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia, secara kuartalan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada Kuartal Ketiga 2021 tumbuh terbatas. IHPR pada Q3 2021 tercatat tumbuh sebesar 0,34 persen (quarter-to-quarter), lebih rendah dibandingkan 0,45 persen (quarter-to-quarter) pada Q2 2021.

Marine menyimpulkan bahwa sesuai data RIPMI Q3 2021 terjadi kenaikan harga properti di seluruh segmen yang bersamaan dengan peningkatan suplai yang cukup signifikan.

"Merebaknya virus Covid-19 varian Delta pada pertengahan tahun 2021 sehingga menyebabkan penerapan PPKM Darurat pada Juli 2021 silam berdampak negatif terhadap optimisme pasar yang sempat terganggu. Kemampuan konsumen dari kalangan menengah ke bawah pun menurun, hal ini terlihat dari turunnya tren pencarian hunian khususnya untuk properti di kisaran harga di bawah Rp 1 miliar," ungkapnya.

Pemerintah pun juga terus mendorong industri properti di tanah air dengan serangkaian kebijakan dan stimulus. Insentif pembebasan Pajak Penambahan Nilai (PPN) properti diperpanjang hingga Desember 2021, diikuti dengan perpanjangan kebijakan uang muka alias down payment (DP) nol persen diteruskan sampai Desember 2022.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI7DRR sebesar 3,5 persen pada November 2021. Di sisi lain, sejumlah pemerintah daerah memberlakukan insentif tambahan berupa diskon Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sehingga secara umum pasar properti masih berpihak kepada konsumen.

"Pasar properti masih berada dalam kondisi buyers market. Kendati tren harga properti mulai meningkat, bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sendiri masih berada di angka yang paling rendah dalam lima tahun terakhir. Pemerintah juga masih memberikan cukup banyak insentif dan stimulus untuk membantu masyarakat dalam meringankan biaya transaksi pembelian properti," pungkas Marine.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021