"Saat ini, bagian atas candi masih dipugar karena masih ada debu yang berterbangan. Debu tersebut mengandung silica dan bisa mempengaruhi kondisi kesehatan para pengunjung. Namun, bagian lain sudah dibersihkan. Kini hanya tinggal bagian bawah candi yang debunya masih cukup tebal dan sulit dibersihkan," ujar Direktur Peninggalan Purbakala, Junus Satrio Atmojo.
Pihaknya juga tengah mengadakan penelitian untuk mengetahui dampak abu tersebut bagi Candi Borobudur. Tiga hari setelah letusan Gunung Merapi, Kemenbudpar bertindak cepat dengan menutup bagian situs bersejarah itu dengan plastik.
"Kami melakukan studi bagaimana dampaknya dalam jangka panjang. Abu ini mengandung asam dan masuk dalam porus. Kami langsung bertindak cepat, karena jika hujan turun, abu tersebut akan semakin mengendap di dalam candi dan bisa berakibat buruk bagi candi," ujar Junus.
Timnya juga tengah meneliti kadar keasaman yang terkandung dalam air dari candi. Tiap air yang keluar dari candi kami ukur keasamannya. Penanganan dilakukan mulai dari bagian candi yang tingkat keasamannya paling tinggi, ujar Junus lagi.
"Upaya Kemenbudpar untuk menyelamatkan Candi Borobudur disambut hangat oleh warga. Ada sekitar 1.900 orang yang dengan sukarela membantu pembersihan candi. Yang mengagumkan, kepedulian masyarakat terhadap cagar budaya kita sangat tinggi. Mereka datang membantu tanpa pamrih, "ujar Junus.
Agar masyarakat mengetahui dengan jelas kondisi tersebut, Kemenbudpar akan mengundang para wartawan untuk melihat langsung kondisi Borobudur pascaerupsi Merapi pada 19-21 April mendatang. Selain Candi Borobudur, upaya pembersihan sisa-sisa material vulkanik juga dilakukan di Cadi Mendut dan Pawon.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Ka.Pusformas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011