"Berdasarkan hasil forensik dan Inavis dari sidik jari dan data SIM ditemukan adanya kesamaan lebih dari 12 titik," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta, Senin.
Hasil sidik jari diambil dari jasad yang diduga Syarif yang saat ini masih berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Polri, Brigjen Pol Musaddeq Ishak menambahkan bahwa dalam melakukan identifikasi agak berbeda dengan kasus jasad pelaku teror lain seperti Noordin M Top.
"Pelaku ini adalah baru dan belum ada data pembanding, maka memakan waktu agak lama dan kita menggunakan `Scientific Crime Investigation`," katanya.
Musaddeq mengatakan ada tiga alat ukur primer dalam pemeriksaan forensik yakni sidik jari, data gigi dan melalui data DNA.
"Data gigi sudah diakui oleh keluarganya melalui pemeriksaan DNA dari bapaknya Syarif yakni Abdul Gofur dan ibunya bernama Srimulat," katanya.
Peristiwa bom bunuh diri terjadi menjelang shalat Jumat (15/4) di Mesjid Mapolres Cirebon sekitar pukul 12.30 WIB.
Saat itu pelaku mendekat ke posisi Kapolres Cirebon, AKBP Herukoco yang saat shalat berdiri di baris nomor dua bagian depan.
Pelaku saat melakukan aksinya menggunakan lima lapis celana yang terdiri satu celana dalam, dua celana pendek dan dua celana panjang.
Bom ditaruh pelaku di sebelah kanan perut pelaku, maka saat meledak tersangka tewas dengan bagian perutnya mengalami luka.
Sebelum kejadian pelaku mengikat bomnya di daerah dada dan perut, kemudian dipindahkan ke sebelah kanan.
Adapun ciri-ciri dari pelaku tersebut adalah seorang laki-laki.
Dengan tinggi badan 180 sentimeter, berat badan 70 kilogram, wajah Mongoloid, golongan darah O dan kulit kuning langsat adalah ciri khusus.
Hasil dari forensik lain adalah pada wajah memiliki jenggot, gigi seri sebelah kiri ada yang patah dan dahi kiri ada bekas luka yang sudah sembuh.
(S035/A033/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011