Palembang (ANTARA News) - Tempat pembuangan akhir sampah Sukawinatan Palembang, Sumatera Selatan telah diolah menjadi energi listrik untuk penerangan di kawasan tersebut sejak akhir tahun 2010.
Hendri, petugas teknis dari PT Gikoko Japan Indonesia, di Palembang, Senin, mengatakan sejak Oktober 2010 itu, pihaknya berhasil memproduksi listrik dari pengolahan sumur-sumur sampah di TPA Sukawinatan.
"Ada lima sumur dan 10 penampungan sampah horisontal yang telah diolah menjadi tenaga listrik," kata dia.
Dia menjelaskan, Gikoko merupakan perusahaan yang telah bekerja sama dengan Pemkot Palembang untuk pengolahan sampah, sehingga mampu menangkap gas metan dan membangun instalasi listrik.
Sejak akhir tahun lalu, kami berhasil mengolah sumur sampah menjadi tenaga listrik dengan sistem yang mereka diproduksi sendiri, ujar dia lagi.
Ia menjelaskan, saat ini di kawasan TPA Sukawinatan tersedia 120 ribu watt listrik untuk menerangi lokasi pembuangan sampah itu.
Listrik menyala selama 24 jam, tetapi secara terbatas baru bisa melayani kawasan TPA dan belum mampu ke luar lokasi pembuangan sampah itu, kata dia.
Dia menambahkan, sampai kini ketersediaan listrik itu hanya untuk mencukupi kebutuhan penerangan di TPA tersebut.
Kami masih kekurangan sumur sampah, sehingga menjadi kendala pengembangan energi listrik di TPA ini, ujar Hendri lagi.
Ia menjelaskan, idealnya dibutuhkan sekitar 40 sumur sampah lagi untuk mengembangkan energi listrik.
Namun sampai kini, sumur sampah tersebut baru lima buah yang telah dimanfaatkan secara optimal.
Kepala Dinas Kebersihan Kota Palembang, Zulfikri Simin, mengharapkan agar PT Gikoko bisa mempercepat upaya pengolahan sampah sehingga bernilai ekonomis.
Apalagi sesuai dengan perjanjian yang mereka sepakati, seharusnya pengolahan sampah itu bisa lebih meningkat dari sebelumnya, kata dia lagi.
Dia menambahkan, sampai kini kinerja perusahaan tersebut cenderung jalan di tempat.
Padahal semestinya program penangkapan gas metan dan kegiatan lain sudah terlaksana maksimal. Apalagi volume sampah yang dibuang ke TPA Sukawinatan setiap hari tidak kurang dari 2.500 meter kubik. TPA seluas 25 hektare tersebut cenderung mulai penuh, ujar dia
(T.KR-SUS/nl)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011