"Guru tidak saja sekadar mengajar teori, tetapi bisa menjadi bagian dari benteng ideologi yang menjaga penerus bangsa dari ancaman ideologi transnasionalisme," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut di, saat ini atau pada era revolusi industri 4.0, pekerjaan guru menjadi lebih berat. Teknologi membuat guru dan buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan informasi.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: polemik pembubaran MUI harus dihentikan
Kemajuan teknologi dan informasi, katanya, membuat siswa bisa mengakses informasi secara bebas tanpa batas. Dari segi pengembangan, hal tersebut memang bagus, namun bisa menjadi ancaman, salah satunya terkait ideologi transnasional.
Dalam menghadapi banjir informasi yang bersifat transnasional itu, ia berharap para guru dapat memperkuat aspek kognitif siswa dengan ideologi Pancasila.
Setidaknya, ujar dia, ada dua ideologi transnasional yang secara masif menjadi penumpang gelap kemajuan teknologi dan informasi yang terus berusaha menghancurkan generasi muda Indonesia.
Baca juga: Wakil Ketua MPR harap Muhammadiyah tetap semai gagasan moderasi Islam
"Paham individual dan liberal menegasikan kepentingan komunal dan mengedepankan kepentingan individu," ujar dia.
Berangkat dari pemahaman itu, paparnya, maka akan lahir pembelaan atas paham yang melegalkan pernikahan sejenis di beberapa negara barat. Aktivitas ini banyak yang membela dengan mengatasnamakan hak asasi manusia.
Baca juga: MPR: Semangat Sumpah Pemuda tangkal radikalisme kalangan muda
Di sisi lain, lanjut dia, fudamentalisme dan radikalisme berbasis agama juga muncul. Hal itu dibuktikan dengan berbagai temuan lembaga survei nasional tentang adanya sikap intoleran dan penolakan terhadap Pancasila.
Jika hal tersebut dibiarkan, Ahmad Basarah pesimistis para guru akan menjadi benteng ketahanan ideologi nasional. Oleh karena itu melalui momentum peringatan Hari Guru Nasional, maka semua guru hendaknya mengingat kembali pesan Bung Karno dalam tulisannya "Menjadi Guru di Masa Kebangunan".
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021