Cirebon (ANTARA News) - Seluruh biaya pengobatan para korban bom bunuh diri, akan ditanggung Kementerian Kesehatan melalui Biro Penanganan Krisis Kesehatan (BPKK), kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu saat menjenguk belasan pasien korban bom di Kota Cirebon, Minggu.
Menteri mengatakan, mengenai alokasi anggarannya, tergantung dari klaim yang diajukan pihak rumah sakit, diantaranya Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon, Rumah Sakit Pertamina Klayan, Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati (RSUDGJ) Cirebon, dab Rumah Sakit Waled, Kabupaten Cirebon.
"Semua biaya perawatan pasien korban bom hingga pulih seluruhnya akan ditanggung pemerintah, termasuk korban yang harus menjalani operasi lanjutan di rumah sakit Jakarta," katanya.
Menteri berpendapat, dari kejadian itu banyak yang mengalami luka di bagian wajah terutama mata. "Namun masih akan kami pelajari, apakah perlu dirujuk ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung, atau tidak," tuks menteri.
Selain melihat langsung kondisi korban bom di Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon, Menkes juga menjenguk korban lain yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon dan Rumah Sakit Pertamina Cirebon
Dalam kesempatan itu Menkes juga menyerahkan bantuan pengobatan bagi para korban yang diterima langsung Direktur RS Pelabuhan Cirebon, Hadi Haryono.
Sementara itu, dua korban bom bunuh diri terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit di Jakarta, yakni Kapolresta Cirebon Ajun Komisaris Besar Herukoco.
Herukoco diterbangkan dengan helikopter dari Rumah Sakit Pertamina Klayan, Kabupaten Cirebon menuju ke Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Jakarta.
Dirut Rumah Sakit Pertamina Klayan Zaenal Arifin Bahrum menyatakan, Herukoco harus menjalani operasi lanjutan untuk mengambil pecahan besi sejenis mur yang menancap di bagian dalam punggungnya, yang sulit diangkat.
"Ada sekitar 30 lubang di seluruh bagian tubuh kapolresta dari mulai paku, mur dan baut," katanya.
Kondisi Herukoco paling parah karena saat kejadian ia berada persis di depan pelaku yang berdiri di saf kedua.
Meski parah, kondisi Herukoco mulai membaik dan dapat berkomunikasi lancar.
Menurut ibunya, Ny Farjan, anaknya sudah bisa tersenyum dan tertawa-tawa. "Komunikasi dengan kami juga lancar dan baik," ungkapnya.
Selain Herukoco, Bripda Heri Heriawan yang menderita luka parah pada mata kanan dan tangannya juga harus dirujuk ke Rumah Sakit Kramat Jati Jakarta.
Hingga Minggu malam, jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon berjumlah 11 korban.
Para korban yang masih dirawat, yakni Inspektur Satu Harsita, Ajun Inspektur Satu Edy Heryadi, Ajun Inspektur Satu Tata Kurniawan, Ajun Inspektur Dua Durahim, Ajun Inspektur Satu Sukirno, Ustad Abas Sudinta, Mashuri (PNS), Kasat Intel Ajun Komisaris Singgih M, Dedi Mashudi (PNS), Kasat Lantas Ajun Komisaris Kurnia, dan Teten Rustendi (PNS).
Dari 11 orang tersebut, sembilan orang diantaranya harus menjalani operasi sedangkan dua lainnya tidak dioperasi namun masih memperoleh perawatan, yakni Ajun Inspektur Satu Tata Kurniawan dan Kasat Intel Singgih M.
Dari sembilan korban yang dioperasi, tiga diantaranya harus menjalani operasi lanjutan di Rumah Sakit Waled, Kabupaten Cirebon, yakni Ajun Inspekstur Satu Sukirno, Ustad Abas Sudinta, dan Mashuri.
Tindakan operasi lanjutan harus dilakukan karena terdapat elemen bom yang tertinggal sangat dalam. Elemen bom itu dekat dengan pembuluh darah sehingga bergerak ke sana kemari dalam tubuh korban.
Penanganan harus dilakukan di Rumah Sakit Waled karena peralatan di sana memungkinkan untuk melakukan operasi semacam itu. "Kami di sini terkendala peralatan. Setelah menjalani operasi ketiga korban tetap menjalani perawatan di Rumah Sakit Pelabuhan," papar Kepala Pelayanan Pemasaran dan Pelanggan Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon Yeni Rahmawati.
Sedangkan salah seorang korban yang menderita luka pada bagian mata, yakni Brigadir Kepala Suratmoko, masih mendapat perawatan intensif di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
Menurut Dirut RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Heri Purwanto, Suratmoko terkena pecahan material bom berupa benda tumpul pada mata kirinya.
"Diperkirakan benda yang mengenai mata kiri Suratmoko berupa paku atau baut. Sudah dioperasi dan saat ini masih harus menjalani observasi. Pasien ini belum bisa menerima rangsangan atau dengan kata lain belum bisa melihat. Tapi kami tak ingin terburu-buru mengatakan hasilnya karena masih observasi," tutur dia.
Begitu juga dengan Kabag Sumber Daya Manusia Komisaris Suhadi yang menjalani operasi di Rumah Sakit Pertamina Cirebon setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon.
Menurut Zaenal, terdapat sekitar 14 lubang luka di sekujur tubuh Suhadi.
Sementara itu, Mapolresta Cirebon yang semula tertutup rapat untuk semua pihak yang tidak berkepentingan, termasuk wartawan, Minggu pagi mulai dibuka.
Namun khusus untuk tempat kejadian perkara yakni Masjid Adzikra, masih tertutup bagi sejumlah wartawan yang masih menunggu di kawasan tempat kejadian perkata. (Y008/Y003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011