Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menerima dan menyetujui pengunduran diri Wakil Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Adhy Gunawan.
"Saya telah menerima pengajuan pengunduran diri Wadirut Merpati. Saya juga telah menyetujuinya. Masalah akan ada pengganti atau tidak sedang dikaji," kata Menneg BUMN Mustafa Abubakar akhir pekan lalu di Hanggar GMF AeroAsia Jakarta, menjawab pers di sela Penerimaan Satu Pesawat A330-200 milik PT Garuda Indonesia Tbk.
Menurut Mustafa, Adhy mengajukan surat pengunduran dirinya pada pekan lalu.
Namun, Mustafa tidak mau menyebutkan alasan pengunduran diri tersebut, karena itu adalah hak Adhy. "Apakah terjadi masalah atau tidak itu saya tidak tahu. Mungkin saja yang bersangkutan tidak cocok di sana. Tidak perlu dibesar-besarkanlah. Itu bukan hal yang luar biasa," katanya.
Mustafa menjelaskan, saat ini manajemen Merpati sudah semakin solid. Langkah penyelamatan terhadap Merpati telah dilakukan, proses pencairan dana untuk modal sebesar Rp510 miliar sedang dilakukan.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama (Wadirut) PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) Adhy Gunawan mengajukan pengunduran diri kepada pemegang saham BUMN Penerbangan itu sejak pekan lalu.
"Sudah diajukan pekan lalu, tetapi belum disetujui pemegang saham," kata Adhy.
Ketika ditanya alasan pengunduran dirinya, Adhy enggan berkomentar. "Capeklah, tidak ada komentar dulu," katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Merpati Imam Turidi mengungkapkan, hingga pekan kemarin Adhy masih terlihat bekerja seperti biasanya.
Menurutnya, Adhy akan dilepas dari Merpati setelah Menneg BUMN secara resmi menyetujui pengunduran dirinya dan dilakukan serah terima jabatan dahulu. "Status Pak Adhy adalah ex officio (menjabat sementara) sebagai Wadirut sampai ada persetujuan dari komisaris," kata Imam.
Maskapai Merpati mengalami gejolak internal sejak terjadinya pemecatan terhadap dua orang ketua serikat karyawannya yaitu Purwanto dan Indra Topan.
Langkah mundur yang diambil oleh Adhy disebut-sebut terkait gejolak di internal maskapai itu.
Adhy, selain dibebani meningkatkan tingkat keselamatan penerbangan, Mantan Kepala Sub Direktorat Operasi Pesawat Udara Kementerian Perhubungan tersebut juga menjadi katalisator hubungan antara karyawan dengan manajemen yang dianggap sedang bermasalah.
Kinerja BUMN Penerbangan itu, berbeda dengan PT Garuda Indonesia. Merpati terkesan selalu merugi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dari 2005 hingga 2010, keuntungan hanya didapatkan pada tahun 2009 saja, yaitu sekitar Rp16,617 miliar.
Pada 2005 Merpati merugi Rp 349,607 miliar, 2006 merugi Rp 283,432 miliar, 2007 merugi Rp158,770 miliar, 2008 merugi Rp641,065 miliar dan terakhir pada 2010 Merpati juga merugi sebesar Rp24 miliar.(*)
(T.E008/S025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011