Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR-RI yang membidangi masalah Luar Negeri, Pertahanan, Intelijen, Komunikasi dan Informasi, Mahfudz Siddiq mengungkapkan, tim kunjungan kerja komisinya baru tiba di Ankara, Turki, antara lain untuk menindaklanjuti kerjasama bilateral.
"Malam ini agenda pertama pertemuan dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia , termasuk Duta Besar Ibu Nahari Agustina," kata Mahfudz yang juga dari Fraksi PKS, melalui hubungan telepon internasional dari Ankara, Minggu malam (17/4).
Mahfudz Siddiq menambahkan, pembicaraan akan fokus pada tindaklanjut kunjungan Presiden Turki, Abdullah Gul ke Indonesia, lalu evaluasi kinerja KBRI di Ankara serta rencana pembukaan Konsul Jenderal (Konjen) RI di Istanbul pada tahun ini.
"Juga ada silaturahim dengan WNI, khususnya yang bekerja di industri pertahanan," ujarnya.
Sebelumnya, Mahfudz Siddiq menyatakan, Senin (18/4) besok pihaknya siap menjelaskan kunjungan kerja komisinya ke luar negeri.
"Kami akan menginfokan detil soal semua yang berkenaan dengan agenda Kunjungan Kerja (Kunker) ke beberapa negara tersebut, Senin yang akan datang," tuturnya.
Ia mengatakan itu, menjawab pertanyaan tentang masih adanya pihak kurang memahami bahkan mengeritik agenda kunker ke LN sebagai aktivitas menghambur-hamburkan uang, dan momentumnya kurang pas, karena DPR tengah disorot soal pembangunan gedung barunya.
Secara terpisah, Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Paskalis Kossay mengakui, berita ke luar negeri ini selalu menjadi sorotan rakyat.
Sorotan kritis itu, menurutnya, ada yang negatif, tetapi juga banyak positifnya bagi upaya memperbaiki kinerja DPR RI.
"Rakyat memang semestinya mendapat info sejelas-jelasnya tentang tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) setiap komisi, juga mengapa harus ada Kunker, di antaranya untuk kepentingan Legislasi (pembentukan undang-undang), dan pengawasan (atas Kedubes-Kedubes)," katanya.
Paskalis lalu menjelaskan, kali ini ada sejumlah agenda penting terkait Kunker komisinya ke Eropah dan Amerika, terutama dalam mendapatkan informasi labgsung dari tangan pertama mengenai pemberdayaan Alat Utama Sistem Persenjataan (alutsista).
"Kita tentu tak mau rakyat terus dibodohi dengan nominal pembelian dan produksi Alutsista yang detilnya tidak jelas," tandasnya melalui hubungan telefon internasional.
Karenanya, menurutnya, sejumlah lembaga pertahanan strategis dikunjungi mereka, termasuk mengkomparasi berbagai Rancangan Undang Undang (RUU) penting seperti di bidang intelijen yang masih jadi perdebatan bersama.
"Saya belum bisa berkomentar lebih, karena akan ada penjelasan detil Kunker ini oleh pimpinan di Jakarta. Tapi apa yang telah diberitakan ANTARA sebelumnya (menyangkut misi Komisi I) itu, memang benar, itulah misi kami ke sini," kata Paskalis Kossay. (*)
(T.M036/Y006)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011