Indonesia menjadi daya tarik investasi pertambangan dengan salah satu potensi mineral paling dicari, yaitu nikel

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menargetkan bisa meraup investasi sebesar 21,28 miliar dolar AS melalui peningkatan nilai tambah mineral mengingat jumlah cadangan dan produksi beberapa komoditas mineral Indonesia yang masuk 10 besar dunia.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan Indonesia menjadi daya tarik investasi pertambangan dengan salah satu potensi mineral paling dicari, yaitu nikel yang menempati posisi nomor satu dunia pada jumlah cadangan dan produksi.

"Menurut United States Geological Survey (USGS), cadangan nikel kita adalah nomor satu dunia, 23 persen cadangan nikel dunia ada di perut bumi Indonesia," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Arifin menambahkan bahwa angka produksi nikel Indonesia juga menduduki peringkat nomor satu dunia. Kemudian ada bauksit yang yang menempati nomor enam pada jumlah cadangan dan produksi dunia.

Selain itu, cadangan tembaga Indonesia menempati posisi ketujuh dan produksinya ada di posisi 12 dunia. Komoditi emas berada di posisi lima pada potensi dan enam pada produksi.

Indonesia juga memproduksi timah mencapai 17 persen dari cadangan dunia atau berada pada posisi kedua, begitu pula dengan produksinya.

Bahkan Indonesia juga masih memiliki logam tanah jarang dan lithium yang potensinya sangat besar, namun belum dapat diproduksi karena Indonesia belum memiliki teknologi untuk memisahkan dan memurnikan.

Saat ini, Indonesia memiliki 19 unit pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter eksisting, 13 di antaranya adalah smelter nikel.

Pemerintah telah merencanakan pembangunan 17 smelter baru dengan nilai investasi 8 miliar dolar AS, sehingga total smelter nikel nantinya menjadi 30 unit. Pada 2023, pemerintah merencanakan ada 53 smelter yang beroperasi di Indonesia.

Demikian juga dengan komoditas lainnya, antara lain bauksit, besi, tembaga, mangan, timbal, dan seng. Nanti diperkirakan akan menarik investasi sebesar 21,28 miliar dolar AS.

"Kami mengharapkan progresnya akan diakselerasi pada tahun 2022, karena pada tahun 2023 adalah batas waktu untuk izin ekspor konsentrat. Smelter ini harus jadi," tegas Menteri Arifin.

Baca juga: Target realisasi investasi energi bersih naik dua kali lipat pada 2022
Baca juga: Kementerian ESDM bidik realisasi investasi 34,5 miliar dolar AS
Baca juga: Kementerian ESDM sebut potensi energi surya capai 3.294 GWp

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021