Melbourne (ANTARA) - Harga minyak melemah di sesi perdagangan Asia pada Kamis, karena investor menunggu untuk melihat bagaimana produsen utama menanggapi pelepasan minyak mentah dari cadangan darurat oleh negara-negara konsumen utama yang dirancang untuk mendinginkan pasar, bahkan ketika data menunjukkan permintaan bahan bakar AS sehat.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 9 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 78,30 dolar AS per barel pada pukuk 02.01 GMT, memperpanjang kerugian 11 sen pada Rabu (24/11/2021).
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 5 sen menjadi diperdagangkan pada 82,20 dolar AS per barel, setelah kehilangan 6 sen sehari sebelumnya.
"Pelepasan SPR (Cadangan Minyak Strategis) yang terkoordinasi mungkin berakhir sebagai kemenangan politik jangka pendek bagi pihak-pihak yang terlibat, namun kami tidak memperkirakan itu memiliki dampak jangka panjang pada fundamental minyak mentah," kata analis Fitch, Jake Leiby dalam sebuah catatan.
Baca juga: Minyak naik ke tertinggi 1 minggu setelah pelepasan cadangan gagal
Analis mengatakan data Badan Informasi Energi AS pada Rabu (24/11/2021) menunjukkan stok bensin dan sulingan turun lebih besar dari yang diharapkan bahkan ketika stok minyak mentah naik, menunjukkan pasar membutuhkan lebih banyak minyak mentah.
"Tetapi gambaran yang lebih besar adalah bahwa permintaan produk tetap sehat, menambah tekanan pada pasar yang mengetat," kata ekonom Capital Economics Kieran Tompkins dalam sebuah catatan.
Semua mata sekarang tertuju pada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, yang akan bertemu minggu depan untuk membahas permintaan dan pasokan minyak.
Baca juga: Minyak turun tipis, investor pertanyakan dampak pelepasan cadangan
"Langkah berani dari importir minyak telah membuka pintu lebar-lebar bagi OPEC+ untuk menyesuaikan kebijakan pasokannya pada (pertemuan) berikutnya 2 Desember 2021," kata analis Rystad Energy Louise Dickson dalam komentarnya.
Kelompok itu telah menambahkan pasokan 400.000 barel per hari setiap bulan, membuka rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu ketika pembatasan pandemi menghantam permintaan.
Tiga sumber mengatakan kepada Reuters, OPEC+ tidak membahas penghentian peningkatan produksi minyaknya, meskipun ada keputusan oleh Amerika Serikat, Jepang, India, dan lainnya untuk melepaskan stok minyak darurat.
Pedagang juga mencari tahu apakah China akan menindaklanjuti rencana untuk melepaskan minyak dari cadangannya.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021