Tokyo (ANTARA) - Dolar tetap perkasa di sesi Asia pada Kamis pagi, diperdagangkan di level tertinggi dalam lebih dari setahun terhadap euro dan mendekati level tertinggi lima tahun terhadap yen karena kecenderungan hawkish para pembuat kebijakan Federal Reserve, didukung data AS yang kuat, kontras dengan pandangan moneter yang lebih dovish di Eropa dan Jepang.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, sedikit turun ke 96,759, tetapi masih melayang mendekati tertinggi Rabu (24/11/2021) di 96,938, level terkuat sejak Juli 2020.
Beberapa pembuat kebijakan Fed mengatakan mereka akan terbuka untuk mempercepat program pembelian obligasi mereka jika inflasi tinggi bertahan, dan bergerak lebih cepat untuk menaikkan suku bunga, risalah pertemuan kebijakan bank sentral 2-3 November menunjukkan pada Rabu (24/11/2021).
Baca juga: Emas hentikan penurunan 4 sesi beruntun, berakhir sedikit lebih tinggi
Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Yahoo Finance pada Rabu (24/11/2021 bahwa dia dapat melihat kasus yang dibuat untuk mempercepat pengurangan pembelian obligasi oleh Fed.
Sementara itu, data-data di pasar tenaga kerja dan belanja konsumen melampaui perkiraan ekonom, sementara inflasi terus memanas.
"Ekonomi AS mempertahankan status titaniumnya," tulis Tapas Strickland, direktur ekonomi di National Australia Bank, dalam sebuah catatan kepada kliennya.
"Komentar yang sedikit hawkish dari Daly yang biasanya dovish juga menjadi faktor."
Dolar sedikit berubah pada 115,355 yen, bertahan dekat dengan tertinggi semalam di 115,525, level yang tidak terlihat sejak Januari 2017.
Baca juga: Yuan menguat lagi 26 basis poin jadi 6,3903 terhadap dolar AS
Euro naik tipis menjadi 1,1210 dolar, tetapi masih diperdagangkan mendekati level terendah 17 bulan pada Rabu (24/11/2021) di 1,1186 dolar setelah kepercayaan bisnis Jerman merosot untuk bulan kelima berturut-turut.
Sementara kalender AS sebagian besar kosong pada Kamis waktu setempat karena liburan Thanksgiving, dan risalah dari pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada 28 Oktober akan dirilis.
Dalam konferensi pers setelah otoritas moneter membiarkan kebijakan tidak berubah pada pertemuan itu, presiden ECB Christine Lagarde mengatakan para pejabat telah membahas "inflasi, inflasi, inflasi," tetapi setelah "pemeriksaan yang panjang dan hati-hati" berpegang pada pandangan bahwa kekuatan inflasi akan terbukti sementara.
Lagarde akan memberikan pidato pada konferensi hukum ECB pada Kamis waktu setempat, di mana anggota dewan Frank Elderson dan Edouard Fernandez-Bollo juga akan berpartisipasi.
Sterling menguat 0,12 persen menjadi 1,3342 dolar setelah turun ke 1,3317 dolar pada Rabu (24/11/2021) untuk pertama kalinya dalam 11 bulan.
Investor tetap fokus pada apakah bank sentral Inggris (BoE) akan menaikkan suku bunga pada 16 Desember atau tidak.
BoE salah langkah banyak investor ketika tidak menaikkan suku bunga dari rekor terendah 0,1 persen pada awal bulan, menyusul komentar dari gubernur Andrew Bailey pada Oktober bahwa pembuat kebijakan "harus bertindak" untuk mencegah inflasi.
Bailey akan berbicara di Cambridge University pada Kamis.
Di tempat lain, dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik 0,17 persen menjadi 0,7208 dolar AS, terangkat dari 0,7185 dolar AS pada Rabu (24/11/2021), level terendah sejak September.
Dolar Selandia Baru naik 0,25 persen menjadi 0,68895 dolar AS, stabil setelah merosot ke level terendah tiga bulan di 0,6856 dolar AS pada hari sebelumnya, ketika bank sentral negara itu menaikkan suku bunga utama seperempat poin persentase menjadi 0,75 persen, mengecewakan harapan untuk peningkatan setengah poin.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021