Jakarta (ANTARA News) - Lebih dari 300 peserta dari sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan sejumlah negara lainnya bersatu dalam satu identitas melalui sebuah Simposium Tekstil Tradisional ASEAN ke-3.
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Prancis, Jepang dan Jerman, 10 anggota ASEAN mengirimkan utusannya dalam acara yang diselenggarakan di Trengganu, Malaysia, pada 20-23 Maret lalu, menurut keterangan pers ASEAN Foundation Sabtu.
Acara tersebut diresmikan oleh Putri Azizah, seorang pemerhati seni tekstil tradisional.
Simposium bertema "Satu Rumpun, Satu Warisan : Merayakan Warisan Budaya Bersama" itu bertujuan untuk membahas isu tentang adat istiadat bersama yang berkaitan, kata siaran pers itu.
Keterikatan budaya yang beragam dari sepuluh negara pemilik serta penjaga produksi tekstil tradisional di ASEAN juga merupakan isu yang didorong dalam kegiatan tersebut.
Dalam sambutannya, Direktur Eksekutif ASEAN Foundation, Makarim Wibisono, menyoroti bagaimana simposium tersebut secara nyata menjawab mandat dari lembaga itu untuk mempromosikan kesadaran serta identitas ASEAN, meningkatkan interaksi antarpihak, serta mengembangkan sumber daya manusia melalui pembangunan kapasitas.
Makarim juga menyoroti pentingnya kegiatan tersebut dalam mendukung Piagam ASEAN yang menyerukan pelestarian warisan budaya ASEAN, serta mempromosikan identitas ASEAN dengan mendorong kesadaran yang lebih luas terhadap budaya yang beragam dan warisan budaya wilayah tersebut.
Simposium itu diselenggarakan oleh Institut Keunggulan Desain Trengganu (TIDE) dan Komunitas Seni Tekstil Tradisional ASEAN. Pendanaan didapatkan ASEAN Foundation melalui Dana Solidaritas ASEAN - Jepang dan pemerintah negara bagian Trengganu, Malaysia.
ASEAN Foundation melalui Dana Solidaritas ASEAN - Jepang mendukung pelaksanaan simposium sebelumnya yang diselenggarakan di Manila pada 2009.
Mengikuti kesuksesan tersebut, ASEAN Foundation melanjutkan dukungannya untuk mengadakan simposium ketiga tahun ini dengan harapan hal itu dapat melanjutkan upaya untuk mendorong pelestarian produksi tekstil dan tenun tradisional.
Melalui kegiatan tersebut Komunitas Seni Tekstil Tradisional ASEAN berhasil dibentuk dan kini terdaftar sebagai organisasi masyarakat yang terdiri atas jaringan pakar tekstil, para penggemar, pengacara, pelaku usaha kebudayaan, yang bertujuan untuk menghubungkan komunitas tekstil di seluruh ASEAN. (PPT/M016/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011