Direktur Petrotekno Hendra Pribadi melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis mengatakan hal ini adalah bukti jika pelatihan yang diberikan selama ini membuahkan hasil. Sebagian besar dari mereka adalah Orang Asli Papua (OAP).
Menurut dia, OAP hanya perlu mendapat kesempatan untuk mampu berkompetisi di berbagai level termasuk internasional.
"Ini adalah bukti bahwa lulusan P2TIM memiliki kualitas yang diterima oleh dunia internasional. Tentunya kita berharap akan lebih banyak perusahaan lain di Indonesia untuk memberikan kesempatan kepada anak didik kita. Saat ini justru perusahaan di negeri kita sendiri yang masih ragu atas kualitas mereka," kata Hendra.
Petrotekno adalah perusahaan yang bekerja dengan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni untuk mengelola P2TIM. P2TIM merupakan Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) dibawah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Teluk Bintuni.
Pusat pelatihan yang mengedepankan program pengembangan SDM ini merupakan program kerja sama Pemda Kabupaten Teluk Bintuni dan Petrotekno.
Petrotekno mendesain dan mengoperasikan pusat pelatihan tersebut. Sejauh ini ada delapan angkatan yang lulus atau sekitar 800 siswa. Para lulusan memperoleh sertifikasi nasional dari BNSP dan sertifikasi internasional dari ECITB.
Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni dan Provinsi Papua Barat berkomitmen dalam mengejar ketertinggalan pengembangan SDM di Papua Barat dengan menghadirkan P2TIM.
"Investasi yang dikeluarkan oleh Pemda untuk menghadirkan sebuah program pengembangan SDM di Kabupaten Teluk Bintuni yang diakreditasi secara nasional ataupun internasional, tidak sedikit. Hari ini kita menyaksikan bukti nyata hasil dari investasi tersebut dimana orang Papua bisa ikut membangun dunia. Dengan begini maka orang Papua bisa mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik dari waktu ke waktu," sambungnya.
Para alumni P2TIM yang dikontrak itu mempunyai keahlian pipe fitter yang merupakan salah satu dari enam disiplin ilmu di P2TIM.
"Persiapan kami bekerja di Brunei adalah mental dan fisik. Mana ada perusahaan yang mau menerima kalau kita sakit-sakitan. Kita diuji selama empat bulan terakhir menunggu proses rekrutmen ini. Puji Tuhan karena yang selama ini kita tunggu bisa terwujud," kata William Franklin Wamburye, salah satu alumni P2TIM.
Sementara alumni lainnya, Arnol Onan C. Wanma mengatakan dirinya tidak pernah bermimpi untuk bekerja di luar negeri.
"Jangankan bermimpi keluar negeri, keluar Papua saja kami tidak pernah menaruh harapan. Tapi setelah lulus dari P2TIM, itu adalah motivasi dan harapan baru bagi kami," kata Arnol.
Muh. Yusuf Amin, yang kelahiran Papua, menerangkan jika di negeri Petro Dollar itu mereka akan digaji di kisaran 30 - 45 dolar Brunei per hari-nya. Ini setara Rp300 ribu hingga Rp450 ribu per hari.
Kini mereka telah berada di Jakarta untuk selanjutnya bertolak ke Brunei.
Baca juga: 30 mahasiswa Orang Asli Papua dikirim belajar ke AS dan mancanegara
Baca juga: Billy Mambrasar dukung Gubernur prioritaskan orang asli Papua jadi ASN
Baca juga: Wapres harap orang asli Papua bisa pimpin BUMN
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021