Warga merusak dengan cara merobohkan gapura di dekat kantor Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat dan memutus kabel telepon
Semarang (ANTARA News) - Bentrokan antara prajurit TNI Angkatan Darat dari Kodam IV/Diponegoro dengan beberapa warga terjadi sekitar kawasan Urut Sewu, Desa Sentrojenar, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah (Jateng).
"Benar telah terjadi bentrokan di sana yang bermula dari penolakan warga terkait adanya pelaksanaan uji coba persenjataan yang akhirnya ditunda sejak beberapa waktu lalu," kata Kepala Penerangan Kodam IV/Diponegoro, Letnan Kolonel Infanteri Zaenal, yang dihubungi melalui telepon, di Semarang, Sabtu.
Ia mengatakan, bentrokan dipicu karena sejumlah warga terprovokasi untuk melakukan pengrusakan di sekitar kawasan Urut Sewu yang menjadi lokasi uji coba persenjataan.
"Warga merusak dengan cara merobohkan gapura di dekat kantor Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat dan memutus kabel telepon," ujarnya.
Selain itu, warga juga memblokade jalan dengan memasang kayu sebagai rintangan agar sejumlah tentara tidak bisa masuk ke kawasan tersebut.
Menurut Zaenal, aksi pengrusakan tersebut yang memancing prajurit untuk melakukan tindakan karena massa sudah tidak bisa dikendalikan.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Tengah Komisaris Besar Polisi Djihartono mengatakan saat ini kepolisian setempat melakukan pengamanan untuk menghindari bentrokan lebih lanjut.
"Personel Polres Kebumen sudah diterjunkan ke lokasi bentrokan untuk melakukan pengamanan," katanya yang mengaku dalam perjalanan ke Kebumen bersama dengan Kapolda Jateng Irjen Pol Edward Aritonang.
Hingga saat ini belum diketahui apakah bentrokan yang terjadi antara prajurit TNI AD dengan warga tersebut mengakibatkan korban jiwa maupun luka-luka.
Penolakan warga terhadap rencana uji coba persenjataan yang akan dibeli Kodam IV/Diponegoro tersebut terjadi sejak Senin (12/4).
Warga setempat menganggap lahan untuk uji coba persenjataan merupakan tanah leluhur yang sudah turun temurun dan khawatir lahan yang telah ditanami berbagai tanaman menjadi rusak.
(WSN)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011