Kairo (ANTARA News) - Israel mengusulkan kepada penengah Mesir gencatan senjata 18 bulan dengan Hamas, sementara kelompok pejuang garis keras itu meminta setahun, kata seorang pejabat Hamas, Minggu.

"Hamas mendengar usul Israel yang diajukan oleh (pejabat Kementerian Pertahanan Israel) Amos Gilad, yang meminta gencatan senjata selama satu setengah tahun, namun Hamas mengajukan usul tandingan hanya setahun," kata Ayman Taha kepada wartawan di Kairo setelah perundingan dengan para pejabat intelijen Mesir.

Taha mengulangi lagi seruan kelompok pejuang itu bagi pencabutan blokade yang diberlakukan terhadap Jalur Gaza oleh Israel dan Mesir.

"Hamas menuntut pencabutan penuh blokade dan pembukaan semua lintasan penyeberangan," kata Taha, seperti dilaporkan Reuters.

Hamas mengusulkan kepada para penengah Mesir agar pengamat-pengamat Eropa dan Turki ditempatkan di titik-titik penyeberangan perbatasan namun menolak kehadiran pengamat Israel, dengan alasan pengawasan Israel merupakan "bagian besar dari masalah", kata Taha.

Ketika ditanya apakah pasukan Presiden Palestina, Mahmud Abbas, akan ditempatkan di lintasan penyeberangan, Taha mengatakan, "Hamas adalah pemerintah yang ada di Gaza."

Mesir telah mengesampingkan pembukaan penyeberangan Rafah tanpa adanya pengamat dari Uni Eropa dan Pemerintah Palestina yang dipimpin Abbas.

Hamas telah mengancam memulai serangan jika Israel tidak membuka lagi lintasan-lintasan penyeberangan, sementara Israel memperingatkan bahwa mereka akan menyerang lagi jika Hamas dibiarkan mempersenjatai diri lagi.

Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada Rabu (21/1).

Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebih dari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember.

Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.

Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah hancur terkena gempuran Israel, dan Pemerintah Palestina menyatakan jumlah kerugian prasarana saja mencapai 476 juta dolar.

Penghentian serangan Israel dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang.

Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina, Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut diblokade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas, meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009