Amman (ANTARA News) - Demonstrasi menentang Presiden Suriah Bashar Al-Assad sudah memasuki ibukota negeri itu, Damaskus, Jumat kemarin, untuk pertama kalinya sejak gelombang kerusuhan prodemokrasi yang meningkat meletus untuk menekan 11 tahun kekuasaannya.

Ribuan demonstran berpawai di tempat lain di seluruh negeri kendati ada penindasan dan sebagian konsesi politik yang diumumkan oleh Bashar dalam upaya mencegah kerusuhan bertambah luas.

Demonstran di banyak kota besar mengulangi tuntutan yang sama bagi pembaruan demokrasi dan kebebasan.

Di Damaskus, pasukan keamanan menggunakan tongkat dan gas air mata untuk mencegah ribuan demonstran berpawai dari beberapa daerah pinggiran sampai ke Lapangan Abbasyiah.

"Saya menghitung 15 bus yang berisi mukhabarat (polisi rahasia). Mereka masuk ke lorong di sebelah utara lapangan tersebut dan mengejar demonstran sambil berteriak-teriak," kata saksi mata seperti dikutip Reuters.

Seorang lagi saksi mata yang mengikuti demonstran di daerah Harasta, pinggiran Damaskus, mengatakan ribuan orang berteriak, "rakyat ingin menggulingkan rejim" dan menurunkan gambar Bashar Al-Assad di sepanjang jalur yang mereka lalui.

Di Barzeh, kabupaten lain di Damaskus, pegiat hak asasi manusia mengatakan sedikitnya 20 orang yang berpawai dalam demonstrasu terpisah dirawat di rumah sakit akibat luka ketika polisi rahasia dan reguler yang setia kepada Bashar menyerang mereka dengan menggunakan tongkat.

Penggunaan kekerasan oleh Bashar, penangkapan massal dan tuduhan bahwa kelompok bersenjata telah menghasut kerusuhan, ditambah janji pembaruan dan konsesi kepada kelompok minoritas serta konservatif, tak melemahkan demonstran.

Demonstrasi di Suriah ini diilhami oleh gerakan rakyat dalam menggulingkan pemimpin Tunisia dan Mesir.(*)

C003/A011

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011