Menurutnya, Baskara merupakan orang yang penurut hingga tak ingin segala pilihan yang ia putuskan dapat menyakiti perasaan orang-orang di sekitarnya. Jourdy juga merasa terhubung secara emosional karena dirinya pernah mengalami quarter life crisis di usia 25 tahun, sama seperti Baskara.
“Dia itu penurut, selalu mengutamakan keputusan atau opini orang sekitarnya, mungkin keluarga atau orang terdekat. Gue pun begitu. Mungkin kalau di romance atau family, gue adalah beta,” ujar Jourdy saat konferensi pers virtual pada Rabu.
Baca juga: Jefri Nichol dan Chicco Jerikho maknai kebebasan berpendapat di "Aum!"
Jourdy melanjutkan karakter beta memiliki kecenderungan untuk mengalah dan mengikuti perkataan orang-orang di sekitar kehidupannya, padahal ia menyimpan keinginan lain di dalam hati yang tidak diungkapkan.
“Baskara itu orangnya penurut. Dia nggak mau bikin orang di sekitarnya itu sakit hati sama pilihannya dia. Kurang lebih saya begitu juga,” tuturnya.
Film “One Night Stand” bercerita tentang seorang pemuda bernama Baskara atau Ara yang harus menghadiri dua perayaan besar di kehidupan manusia, yaitu pernikahan dan pemakaman dalam satu hari.
Dalam perjalanan satu hari tersebut, Ara bertemu dengan Lea (Putri Marino). Pertemuan singkat itu mengubah bagaimana cara Ara memandang hidup.
Ketika pertama kali dipasangkan bersama Putri Marino sebagai lawan main, Jourdy mengaku merasa canggung. Namun kecanggungan tersebut akhirnya cair setelah ia dan Putri mendapat kesempatan untuk berkeliling di sekitar Jogja sebelum melakukan proses syuting di kota tersebut.
“Di situlah secara nggak langsung kita ngobrol tentang hidupnya Jourdy dan Putri, kira-kira Ara dan Lea ini mau dibawa ke arah yang kayak gimana. Di situ sih cairnya, building chemistry-nya. Dan itu bener-bener satu hari. Kalau kami nggak keliling Jogja pada saat itu, mungkin Ara dan Lea nggak akan segemas sekarang,” ungkapnya.
Meski merasa terhubung dengan karakter Baskara dan dapat membangun koneksi dengan Putri, Jourdy mengaku masih terdapat tantangan lain saat bermain di film “One Night Stand”.
“Ada karakter Ayu di masa lalu dan Lea di masa sekarang. Di film, dua-duanya ini punya porsi yang lumayan besar, sama-sama berpengaruh. Jadi mungkin tantangannya gimana caranya Ara ini menampilkan rasa sayangnya ke Ayu dan Lea itu harus beda karena dari masa saja sudah beda,” ujarnya.
Pengalaman syuting film “One Night Stand”, kata Jourdy, sangat berkesan dan menyenangkan hingga tidak terasa seperti bekerja untuk produksi film karena didukung oleh lawan main dan sutradara yang terbuka atas segala bentuk diskusi.
“’One Night Stand’ udah mengukir sejarah untuk Jourdy karena belum pernah menemukan kenyamanan dan sensasi yang luar biasa. Magical lah kalau gue dramatisir,” tuturnya.
Melalui film ini, Jourdy berharap penonton dapat merasakan sensasi nostalgia kala bertemu dengan seseorang yang telah mengubah pola pikir dan membawa pengaruh di dalam kehidupan, bahkan jika orang itu adalah orang asing.
“Gue ingin kalian yang nonton ‘One Night Stand’ akan merasakan pengalaman nostalgia, seperti: ‘Apa kabar ya orang ini? Oh, waktu gue kuliah gue ketemu orang kayak gini. Coba ah gue kontak.’ Nah, gue ingin kalian merasakan pengalaman itu,” ujarnya.
Film “One Night Stand” sendiri akan tayang di Bioskop Online pada 26 November dan tiket pre-order sudah dapat dibeli sejak 12 November. Penonton juga bisa mendapatkan harga promo sebesar Rp20.000 selama periode pemesanan 12 hingga 25 November.
Baca juga: Film "One Night Stand" rangkum kisah pertemuan singkat bermakna
Baca juga: Reka adegan film "Kemarin" ungkap jaket jadi penyelamat Ifan Seventeen
Baca juga: Dokumenter pemenang FFI "You and I" hadir di Bioskop Online
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021