Ternate (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo mengatakan tekanan inflasi yang terus meningkat sebagai dampak berlanjutnya tren kenaikan harga-harga komoditi global, khususnya pangan dan energi, menjadi ancaman bagi kestabilan ekonomi di negara-negara "emerging markets", termasuk Indonesia.
"Peningkatan tekanan inflasi di negara-negara maju dan terlebih lagi di hampir seluruh negara `emerging markets` terjadi akibat berlanjutnya pemulihan ekonomi dunia saat ini, yang diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan semula," kata Ardhayadi, dalam kuliah umum di hadapan sivitas akademika Universitas Khairun, di Ternate, Maluku Utara, Jumat.
Menurutnya, Dana Moneter Internasional (IMF) telah merevisi ke atas "outlook" (proyeksi) ekonomi global tahun ini, dari 4,2 persen menjadi 4,4 persen, sementara Bank Dunia merevisi naik proyeksi ekonomi global dari 4,0 persen menjadi 4,1 persen, terutama karena potensi perbaikan pertumbuhan ekonomi China dari 8,5 persen menjadi 8,7 persen.
"Consensus Forecast" Januari 2011 memprakirakan inflasi global untuk keseluruhan tahun 2010 dan 2011 mencapai 3,41 persen (yoy) dan 3,23 persen (yoy). Untuk 2010, kata dia, Consensus Forecast inflasi kelompok negara maju sebesar 1,70 persen (yoy) sementara inflasi di negara berkembang 5,57 persen (yoy).
"Di beberapa negara maju, tekanan inflasi bahkan telah melampaui target masing-masing negara, seperti dialami beberapa negara Uni Eropa dan Inggris yang inflasinya melebihi target dua persen (yoy)," jelasnya.
Hampir seluruh harga bahan pangan, kata dia, mengalami kenaikan signifikan di seluruh dunia akibat kenaikan biaya produksi dan gangguan cuaca serta bencana alam yang telah mengakibatkan gagal panen di negara-negara produsen.
Di samping faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran, terjadinya kenaikan upah buruh di negara-negara emerging markets telah memicu kenaikan permintaan barang konsumsi termasuk makanan, tambahnya.
Dikatakan, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara yang telah menyebar cepat dan masih berlanjut berpotensi menghambat pasokan dan distribusi minyak dunia yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga minyak dunia yang tidak terkontrol berada di atas 100 dolar AS per barel.
Harga minyak dunia diperkirakan masih akan terus meningkat sejalan dengan terus memanasnya situsai di Libya. Harga minyak berjangka WTI (West Texas Intermediate) satu tahun ke depan diperkirakan menjcapai 101,97 dolar AS per barel, sedangkan minyak Brent sebesar 110,59 dolar AS.
Ekonomi Domestik
Menurut Ardhayadi, di dalam negeri, di sisi harga, meskipun inflasi sudah menunjukkan kecenderungan menurun, risiko tekanan inflasi diperkirakan masih cukup tinggi. Inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) pada Maret 2011 mencapai 6,65 persen (yoy) atau deflasi 0,32 persen (mtm/bulan ke bulan) seiring dengan koreksi inflasi bahan pangan.
Meskipun masih relatif tinggi, tekanan inflasi dari kelompok "volatile foods" menunjukkan kecenderungan menurun sejalan dengan langkah pemerintah untuk memperkuat pangan nasional.
Sementara inflasi "administered price" cukup moderat terkait dengan minimalnya penyesuaian harga oleh pemerintah.
Namun, katanya, inflasi inti menunjukkan tren meningkat, tercatat 4,45 persen (yoy) atau 0,25 persen (mtm) pada Maret 2011, sebagai dampak rambatan dari tingginya harga pangan dan meningkatnya ekspektasi inflasi.
"Ke depan, risiko tekanan inflasi di Indonesia diperkirakan masih cukup tinggi, dipengaruhi oleh meningkatnya harga komoditi internasional, kuatnya permintaan domestik, dan tingginya ekspektasi inflasi," paparnya.
Bank Indonesia, katanya, akan terus mewaspadai risiko tekanan inflasi tersebut dan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk mengendalikan inflasi ke sasaran yang telah ditetapkan.
"BI akan terus mewaspadai sumber-sumber tekanan inflasi, terutama yang berasal dari kenaikan harga bahan pangan dan energi serta kemungkinan penyesuian harga oleh pemerintah," ungkapnya.
Ia menambahkan, kebijakan BI selama 2011 akan berbentuk bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama 2010. Penguatan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh instrumen yang tersedia untuk kemudian dikalibrasi secara optimal. (A026/Y006/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011