London (ANTARA News) - Museum Horniman London mengelar pameran "Bali: Dancing for the Gods" yang diresmikan Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris dan Republik Irlandia , Yuri O. Thamrin, dengan acara pagelaran seni budaya Indonesia.
Duta Besar RI untuk Inggris, Yuri O. Thamrin, dalam sambutan mengatakan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia merupakan modal yang kuat untuk membuat masyarakat Inggris lebih mengapresiasi Indonesia.
Sekretaris Tiga KBRI London Billy Wibisono, kepada Antara, Sabtu menyebutkan pameran "Bali: Dancing for the Gods" tersebut berlangsung hingga 8 Januari 2012, merupakan major exhibition yang diharapkan dapat membawa keindahan dan kekayaan budaya Indonesia kepada masyarakat Inggris terutama di sekitar London.
Horniman Museum merupakan museum publik yang cukup ternama di Inggris yang terletak di daerah Forest Hill, London Selatan yang ramai dikunjungi tidak saja masyarakat Inggris juga wisatwan mancanegara tercatat dikunjungi sekitar 700.000 orang per tahunnya.
Lebih Lanjut Dubes Yuri Thamrin mengatakan tahun 2011 merupakan tahun yang istimewa dalam hubungan antara Indonesia dan Inggris karena menandai 200 tahun hubungan kesejarahan antara kedua negara tersebut.
Hal ini ditandai dengan kedatangan Sir Thomas Stamford Raffles ke Indonesia pada tahun 2011; dimana Raffles telah membantu membuka mata dunia saat itu akan keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia, antara lain melalui bukunya A History of Java.
Dubes Yuri juga menggarisbawahi bahwa kerjasama erat yang dimiliki antara KBRI London dengan Horniman Museum merupakan faktor utama yang membuat pameran mengenai Bali tersebut terealisir.
Sementara itu Chief Executive Horniman Museum, Janet Vitmayer, juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan oleh berbagai pihak antara lain KBRI London, Kemlu dan Kemenbudpar Indonesia yang telah merealisasikan pameran Bali: Dancing for the Gods.
Pameran ini juga merupakan upaya dari Horniman Museum untuk meningkatkan apresiasi masyarakat Inggris akan multi-kulturalisme dan diharapkan agar para pengunjung museum tersebut, yang jumlahnya mencapai lebih dari 700.000 orang per tahunnya, dapat mendorong saling pengertian antar kebudayaan, ujarnya.
Acara pembukaan pameran tersebut juga menampilkan tarian tradisional Bali antara lain Tari Topeng Keras yang dibawakan oleh Prof. I Wayan Dibia dari ISI Denpasar serta Tari Legong oleh Sanggar Lila Bhawa asuhan Ni Made Pujawati.
Selain itu, acara pembukaan yang dihadiri oleh lebih dari 200 orang dari kalangan pemerhati seni budaya, wartawan dan friends of Indonesia tersebut juga menyuguhkan penganan kecil citarasa Indonesia.
Kerjasama antara KBRI London dengan Horniman Museum dalam mewujudkan pameran Bali: Dancing for the Gods dirintis sejak empat tahun yang lalu, dimana curator museum tersebut, Dr. Fiona Kerlogue, telah beberapa kali berkunjung ke Bali untuk mencari objek-objek budaya untuk dipamerkan di museum dimaksud.
Dalam kunjungannya terakhir yang didukung oleh KBRI London, Kemenbudpar dan Bali Village, Dr. Kerlogue telah membawa wartawan-wartawan asing dari Inggris dan Irlandia untuk melihat secara langsung mengenai kebudayaan Bali dalam rangka mendukung pameran tersebut.
Pameran Bali: Dancing for the Gods menampikan berbagai aspek kebudayaan Bali berdasarkan dari foto-foto yang diambil oleh Beryl de Zoete, seorang ahli tari, sekitar tahun 1930-an.
Berbagai objek budaya seperti Barong yang disumbangkan KBRI London, bermacam-macam topeng keras, wayang kulit dan wayang golek, lukisan kuno, gamelan Bali, kain Bali yang menceritakan kisah-kisah mengenai kehidupan masyarakat Bali, dan kostum tari-tarian Bali ditampilkan dalam pameran tersebut.
Dalam rangka meningkatkan profil pameran tersebut serta mempromosikan citra Indonesia kepada masyarakat luas di Inggris, KBRI London juga akan mengadakan berbagai kegiatan antara lain pagelaran seni budaya Bali, lokakarya kebudayaan Bali, workshop tarian dan gamelan, serta kegiatan story telling cerita tradisional Bali bagi anak-anak usia sekolah.
Museum yang berspesialisasi dalam bidang antropologi dan natural history tersebut memiliki lebih dari 350.000 objek dalam koleksinya dan memperoleh dukungan baik dari pemerintah UK, Arts Council serta dari berbagai perusahaan swasta. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011