Nusa Dua (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik memastikan Pemerintah Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi tidak akan membangun museum di Malaysia, hanya berupa "counter" pariwisata.
"Saya sudah telepon Gubernur Jambi dan Bupati Kerinci untuk memastikan bahwa mereka tidak membangun museum di Malaysia," kata Menbudpar Jero Wacik di Nusa Dua Bali, Jumat.
Ia mengatakan baik gubernur maupun bupati tidak memiliki izin untuk membangun museum, apalagi di negara lain.
Oleh karena itu, pihaknya telah memastikan bahwa pemerintah kabupaten itu tidak sedang membangun museum Kerinci di Malaysia.
"Ternyata mereka tidak sedang membangun museum, tetapi hanya `counter` pariwisata Kerinci di Malaysia," katanya.
Menurut menteri, jika hanya berupa "counter" yang mempromosikan pariwisata Kabupaten Kerinci, pihaknya justru menyambut baik.
"Tidak masalah kalau hanya counter yang nantinya berfungsi untuk promosi dan menarik kunjungan wisman ke sana," katanya.
Sebelumnya Menbudpar, menginstruksikan agar Bupati Kerinci segera ke Jakarta menemui dirinya guna mengklarifikasi soal polemik yang berkembang tentang pendirian Museum Kerinci di Malaysia.
Pemanggilan bupati itu guna mengklarifikasi dengan segera berita dan informasi yang berkembang menjadi polemik di media massa nasional belakangan ini soal pendirian Museum Kerinci di Malaysia dan keberadaan Sko (benda-benda pusaka) yang direncanakan diboyong ke negeri jiran tersebut.
Banyak pihak berpendapat apapun alasannya perjalanan ke luar negeri apalagi dengan membawa benda-benda budaya harus seizin menteri antara lain Menbudpar, Mendagri dan Menlu.
Sementara itu, pada Rabu (14/4) malam, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus yang mendapat telepon langsung dari Menbudpar juga langsung mengumpulkan SKPD terkait seperti Disbudpar dan BP3 untuk menindaklanjuti polemik tersebut.
Gubernur mengaku sudah menelpon Bupati Kerinci dan menyampaikan agar Bupati segera berkoordinasi dan berkomunikasi terlebih dahulu dengan dirinya sebagai Gubernur Jambi dan kepada Menteri Budpar.(*)
(T.H016/M008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011