Washington (ANTARA News/AFP) - Amerika Serikat, Kamis waktu setempat, menuduh Iran membantu Suriah dalam usahanya menindak para pemrotes pro-emokrasi.

"Kami yakin bahwa ada informasi yang dapat dipercaya Iran membantu Suriah ... dalam menumpas para pemrotes," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Mark Toner, yang menyebut perkembangan itu sesuatu "yang sangat memprihatinkan."

"Jika Suriah meminta bantuan kepada Iran, ini merupakan hal yang serius bagi reformasi-reformasi yang riil."

Surat kabar The Wall Street Journal memberitakan bahwa Teheran membantu Suriah dengan peralatan untuk menumpas protes dan memantau kelompok oposisi, dengan mengirim lebih banyak peralatan, mengutip pernyataan para pejabat AS.

"Kami yakin bahwa Iran membantu pemerintah Suriah dalam usaha-usahanya menekan rakyat mereka sendiri," kata para pejabat itu kepada surat kabar tersebut. Ia menambahkan bahwa Teheran berbagi pengalamannya dalam melakukan tindakan keras pasca-pemilihan presiden tahun 2009 terhadap berbagai unjuk rasa yang berusaha menggulingkan Preesiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Pihak penguasa juga memberikan bantuan teknis kepada Damaskus untuk memantau komunikasi langsung dari kelompok-klompok oposisi untuk menyelenggarakan protes-protes, kata para pejabat pertahanan AS kepada surat kabar itu.

Tetapi Menteri Keuangan Iran Shamseddin Hosseini, yang berbicara di sela-sela pertemuan-pertemuan IMF dan World Bank di Washington, membantah semua tuduhan itu.

"Kami tidak terlibat dalam urusan negara-negara ini," katanya. Ia membandingkan gelombang unjuk rasa baru-baru ini yang terjadi di Afrika Utara dan Timur Tengah pada revolusi yang membawa kelompok Islam berkuasa di Teheran 32 tahun lalu.

Kementerian Luar Negeri Suriah juga membantah tuduhan AS itu sebagai "tanpa dasar".

"Jika Depertemen Luar Negeri memiliki bukti serahkan itu kepada kami," kata seorang pejabat kementerian itu kepada AFP di Damaskus."

Pada Selasa, Gedung Putih mengecam tidakan keras yang meningkat terhadap unjuk-unjuk rasadi Suriah sebagai "menyakitkan hati" dan menyatakan cemas tentang laporan-laporan bahwa mereka yang cedera ditolak bagi perawatan medis.

Gedung Putih juga mengimbau pemerintah Presiden Bashar al Assad menghormati "hak asasi manusia universal rakyat Suriah."

Protes-protes yang meluas melanda Suriah empat pekan belakangan ini, dengan unjuk-unjuk rasa dilaporkn terjadi di kota keduanya Allepo, Kamis menyusul konfrontasi akhir pekan antara pasukan keamanan dan para aktivis yang menewaskan 30 warga sipil, kata para aktivis hak asasi manusia.

Kerusuhan terjadi saar AS, setelah bertahun-tahun berselisih dengan Damaskus, berencana akan menunjuk seorang duta besar baru bagi negara itu dengan harapan dapat memperbarui hubungan dengan pemerintah yang punya hubungan dengan dengan Iran yang membuat Washington sangat cemas.

Senator senior AS John Kerry memperingatkan Bashar agar menahan diri tidak menggunakan kekuatan militer terhadap aksi-aksi unjuk rasa yang menurut rencana diselenggarakan Jumat dan mendesak dia melakukan dialog dengan oposisi.

"Bashar harus menegaskan bahwa polisi dan tentaranya menahan diri untuk tidak menggunakan tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa damai dan ia seharusnya menggunakan kesempatan untuk membuka satu proses diskusi riil untuk menanggapi aspirasi-asprasi rakyat Suriah," kata Kerry dalam satu pernyataan.

Kerry yang mantan kandidat presiden yang kini mengetuai Komite Hubungan Luar Negeri Senat itu mengatakan "dunia akan mengawasi dengan sangat ketat" untuk melihat bagaiana Bashar menanganai protes-protes mendatang.(*)

(Uu.H-RN/C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011