Setelah menganalisis urutan genetik sebuah varian yang disebut B1628, peneliti dari Universitas Oxford menyimpulkan bahwa varian itu muncul setelah terjadi rekombinasi antara dua varian berbeda, yakni B1631 dan B1634.
Ketika virus itu semakin menyebar dan membentuk keragaman genetika yang lebih besar, muncul kekhawatiran bahwa peristiwa rekombinasi tersebut dapat menjadi lebih kentara dan menghasilkan subvarian yang membawa karakteristik mengkhawatirkan, menurut surat kabar itu.
Kejadian rekombinasi "jelas menimbulkan kekhawatiran" dan memiliki "potensi untuk menjadi sumber varian super yang baru", kata Profesor Lawrence Young, ahli virologi dari Universitas Warwick seperti yang dikutip media tersebut.
Sumber: Xinhua
Baca juga: 54,3 persen kasus COVID-19 dari luar negeri merupakan mutasi virus
Baca juga: Kemenkes: Tetap waspada meski varian Delta Plus belum ada di Indonesia
Baca juga: Menkes yakin vaksin di Indonesia mampu hadapi varian baru COVID-19
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021