Jakarta (ANTARA News) - Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Jumat sore, jumlah korban luka ledakan bom bunuh diri di Masjid Al-Dzikro, Kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, mencapai 28 orang, termasuk Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco dan sejumlah perwira polisi lainnya.
Menurut data di RS Pelabuhan Cirebon, sejumlah perwira di Polresta Cirebon juga menjadi korban yaitu Kabagmin Kompol Suhadi, Kasat Lantas AKP Kurnia, dan Kasat Intel AKP Singgih, serta Khatib dan Imam Masjid Al-Dzikr Abas (45).
Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco langsung menjalani operasi di RS Pertamina, sementara 26 orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Labuhan Cirebon. Satu korban lagi adalah orang yang tewas yang diduga kuat sebagai pelaku peledakan.
Kuatnya ledakan bom yang di dalamnya juga diisi paku dan sekrup/baut menyebabkan Ny Listiati, seorang wanita yang berada di luar Mesjid pun turut menjadi korban.
Peristiwa ledakan bom di masjid tersebut menewaskan satu orang yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri.
Para korban umumnya menderita luka akibat lontaran paku dan sekrup dari pusat ledakan. Sementara pelaku bom bunuh diri tewas dengan luka parah di bagian perut. Diduga pelaku melilitkan rangkaian bom di perutnya.
Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco juga menderita luka di bagian punggung yang dipenuhi puluhan serpihan paku dan sekrup, sehingga diduga pelaku berada di belakang Herukucoro menjelang Salat Jumat dimulai.
Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam, mengatakan bahwa ledakan di Masjid Mapolresta Cirebon Jumat sekitar pukul 12.20 WIB itu melukai 17 orang.
Sekda Kota Cirebon Abdul Manaf yang mengunjungi Kapolresta mengatakan, kondisi Kapolresta masih sadar walaupun mengalami luka-luka di punggung dan lengan bawah akibat serpihan bom.
"Kami mengutuk tindakan bom bunuh diri ini," katanya.
Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon Djakaria Mahmud yang sempat mendatangi korban ledakan juga mengatakan, masyarakat Cirebon harus meningkatkan kewaspadaannya jangan sampai bisa disusupi aliran yang menghalalkan kekerasan.
"Kita harus tetap waspada, walaupun situasi terlihat aman terkendali," katanya.
(Y003*B013/A041/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011