Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Eri Cahyadi menjelaskan rencana menyatukan sekolah negeri dan swasta menjadi keluarga besar, sehingga apabila ada kekurangan bisa dilengkapi secara bersama-sama.
"Ketika menjadi keluarga besar, pasti ada senyum dan kebersamaan, sehingga apabila ada kekurangan bisa dilengkapi secara bersama-sama," kata Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya, Rabu.
Dengan cara itu, lanjut dia, di Kota Surabaya ini tidak ada lagi yang tidak bisa sekolah, tidak ada lagi sekolah kekurangan murid, tidak ada lagi sekolah yang tidak bisa membangun sarana dan prasarananya, dan tidak ada lagi persaingan guru antara negeri dan swasta.
"Nah, itu tugasnya siapa? Ya tugas saya dan Pemkot Surabaya. Makanya saya berharap jadi satu kesatuan," katanya.
Baca juga: PMI-Samsung tingkatkan mutu pendidikan digital di Palu
Ia pun menjelaskan lebih rinci berbagai rencana untuk menyatukan sekolah negeri dan swasta di Surabaya, salah satunya harus ada kesepakatan di awal terkait dengan jumlah guru. Ia mencontohkan apabila ada seorang guru di sekolah A kekurangan jam mengajar, sedangkan di sekolah B kelebihan mengajar.
"Terus ini mau diapakan? Nanti biar sekolah yang menghitung sendiri, nanti pindah ke sekolah B misalnya. Ini harus bisa terwujud dan saya yakin dengan MKKS (musyawarah kerja kepala sekolah) swasta, hal itu yakin bisa terwujud," ujarnya.
Untuk itu, Eri juga menekankan agar para guru harus meningkatkan kemampuan personalnya dengan adanya berbagai literasi.
Baca juga: Kemendikbudristek: Kolaborasi penting majukan sektor pendidikan
Dengan cara itu, diharapkan murid-muridnya juga punya keinginan dan kemampuan untuk membaca berbagai literasi.
Selain itu, lanjut dia, apabila ada sekolah swasta yang butuh infrastruktur, maka sekolah negerinya mengalah dulu kalau memang sudah bagus, sehingga harus gantian.
Bahkan, ia juga berharap sekolah negeri itu sadar bahwa sekolah swasta itu partnernya dan bukan saingannya.
"Kalau sudah begitu, maka anak-anak saya di Surabaya mau masuk negeri senang dan mau masuk swasta ya senang, karena antara SD dan SMP yang 9 tahun merupakan tanggungjawab saya," ujarnya.
Baca juga: Kementerian PUPR: Rusun santri tingkatkan mutu pendidikan di ponpes
Oleh karena itu, ia juga menegaskan bahwa apabila masih ada anak SD dan SMP yang menyampaikan bahwa sekolahannya jelek dan tidak nyaman, maka itu tanggungjawab Pemkot Surabaya.
Meski begitu, ia menyampaikan bahwa harus ada kesepakatan bersama antara sekolah negeri dan swasta, terutama jika muncul sekolah baru. Kira-kira sampai tahun berapa yang harus dibangun dan sekolah dimana saja yang harus dibangun pada anggaran berikutnya.
Sebab, kata dia, tidak mungkin dicover semuanya dalam satu tahun anggaran.
Ia mencontohkan sekolah yang akan dibangun hingga tahun 2018, dan sekolah yang baru dibangun mulai tahun 2018 ke atas, akan dibangun di tahun berikutnya.
"Jadi, kita harus punya timeline itu. Kalau sudah terbuka semuanya seperti ini, saya yakin konco-konco bisa mengerti. Makanya yang saya jelaskan tadi, kalau guru negeri dan swasta kumpul bareng dan ada tawa ceria dan renyah, maka itu berarti sudah ada kebersamaan. Saya yakin MKKS negeri dan swasta itu bisa bersatu," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021