ingin menampilkan situasi yang sebenarnya tetapi melupakan nilai kepatutan dalam ruang publik

Jakarta (ANTARA News)- Para wartawan seharusnya mempertimbangkan dan memperhatikan nilai kepatutan dan kelayakan dalam melakukan peliputan berita terorisme.

Harapan itu diungkapkan Agus Sudibyo, Wakil Direktur Yayasan Sains dan Estetika (SET) dalam diskusi setelah peluncuran buku 'Panduan Jurnalis Meliput Terorisme' di Jakarta, Kamis.

"Jangan karena ingin menampilkan situasi yang sebenarnya tetapi melupakan nilai kepatutan dalam ruang publik," kata Agus yang juga anggota Dewan Pers itu.

Ia mencontohkan beberapa tayangan televisi yang dengan gamblang menayangkan darah dan potongan tubuh seorang perwira polisi yang terkena paket bom buku di Utan Kayu pertengahan Maret silam.

"Tayangan seperti itu jelas melanggar Kode Etik Jurnalistik dan Standar Program Siaran," tegas Agus.

Kode Etik jurnalistik melarang penayangan berita yang memuat sadisme, kekejaman, dan tidak menghormati pengalaman traumatik koban.

Standar Program Siaran melarang tayangan secara detail korban yang berdarah-darah, korban atau mayat dalam kondisi tubuh terpotong, dan kondisi mengenaskan lainnya.

Selain memperhatikan kepatutan jurnalis juga diminta untuk melaporkan berita secara akurat dan lengkap dan jangan hanya mengedepankan kecepatan. Ia mencontohkan kasus penggerebekan teroris di Temanggung.

"Media menggembar-gemborkan yang disergap adalah M. Top, ternyata pada akhirnya bukan," seloroh Agus.

Ia berharap unsur kepatutan dan akurasi akan menjadi perhatian wartawan dalam peliputan terorisme.
(Ber/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011