Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan fluktuasi harga bahan pangan pokok yang selama tahun 2010 cukup tinggi dalam mulai menunjukkan penurunan selama Januari-Maret 2011.

"Fluktuasinya mulai berkurang untuk bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, jagung, terigu, daging sapi, daging ayam dan telur," katanya saat menyampaikan keterangan mengenai perkembangan harga bahan pangan pokok di kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Kamis.

Menurut data Kementerian Perdagangan, selama Januari-Maret 2011 rata-rata koefisien variasi harga domestik untuk beras, gula pasir, jagung, kedelai, tepung terigu, minyak goreng, daging ayam, daging sapi, telur, dan susu kental manis sebesar 2,0 atau lebih kecil dibanding rata-rata koefisien variasi harga domestik untuk komoditas tersebut pada 2010 yang sebesar 4,5.

"Fluktuasi harga komoditas relatif sama dengan harga komoditas di pasar internasional. Harga komoditas di dalam negeri relatif stabil kecuali untuk beras dan kedelai. Harga beras tidak terlalu terpengaruh fluktuasi harga luar negeri, lebih banyak dipengaruhi oleh produksi dan distribusi dalam negeri. Kedelai mungkin karena masih dalam transisi penurunan bea masuk ," kata dia.

Dia menjelaskan pada Maret 2011 harga bahan pokok juga cenderung menurun dari bulan sebelumnya meski beberapa diantaranya masih tergolong tinggi.

Menurut dia selama kurun waktu itu harga beras umum turun 3,59 persen dan beras termurah turun 3,08 persen dari bulan sebelumnya.

Laporan pemantauan harga dan distribusi bahan pokok Kementerian Perdagangan, harga rata-rata nasional beras medium selama bulan Maret 2011 Rp7.141 per kilogram atau lebih rendah dibanding rata-rata harga pada bulan sebelumnya yang sebesar Rp7.432 per kilogram.

Pada pekan pertama bulan April 2011, harga rata-rata nasional beras kualitas medium kembali turun menjadi Rp7.050 per kilogram.

"Harga beras cenderung menurun, antara lain karena sudah ada hasil panen. Selain itu pemerintah melalui Bulog juga melakukan operasi pasar beras dan menyalurkan beras Raskin untuk keluarga berpendapatan rendah," katanya.

Menurut laporan pemantauan harga dan distribusi bahan pokok Kementerian Perdagangan, hingga 13 April 2011 pemerintah sudah menyalurkan 897.377 ton beras bersubsidi dari rencana penyaluran beras bersubsidi bagi keluarga berpendapatan rendah selama Januari-April 2011 yang jumlahnya 1.051.300 ton.

Sebanyak 141.387 ton beras juga tercatat sudah didistribusikan ke daerah-daerah yang harga berasnya cenderung tinggi melalui operasi pasar beras untuk meredam kenaikan harga bahan pangan pokok tersebut.

Tak hanya beras, harga gula pasir juga tercatat turun meski masih relatif tinggi. Kementerian Perdagangan mencatat, harga rata-rata nasional gula pasir yang selama Januari 2011 mencapai Rp11.178 per kilogram turun menjadi Rp11.093 per kilogram pada Februari dan Rp10.986 per kilogram pada Maret.

Pada pekan pertama bulan April 2011, harga komoditas itu kembali turun menjadiRp10.884 per kilogram.

"Itu karena terimbas penurunan harga gula dunia. Stok pada Januari 2011 juga mencapai 781.840 ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga musim giling tebu bulan Mei nanti. Tiga pabrik gula di Lampung bulan ini juga mulai menggiling tebu," katanya.

Mari menambahkan, harga minyak goreng curah selama bulan Maret 2011 pun mengalami penurunan sebesar 2,26 persen dari bulan sebelumnya karena harga minyak sawit mentah di pasaran dunia menurun.

Harga rata-rata nasional minyak goreng curah yang pada Februari 2011 tercatat Rp11.351 per kilogram turun menjadi Rp11.260 per kilogram pada Maret dan Rp10.936 per kilogram pada pekan pertama April.

"Harga tepung terigu di dalam negeri juga cenderung stabil tapi tetap pada harga relatif tinggi yakni pada kisaran rata-rata Rp7.550 per kilogram," katanya.

"Kecuali telur ayam, harga komoditas peternakan juga turun," tambahnya.

Walau ada kecenderungan penurunan harga bahan pokok dalam negeri, Menteri Perdagangan menjelaskan, pemerintah tetap memantau pergerakan harga bahan pokok di dalam negeri dan mewaspadai faktor-faktor yang bisa memicu kenaikan harga pangan.

"Harga beberapa komoditas masih cenderung tinggi. Selain itu kenaikan harga minyak mentah dunia dikhawatirkan menyebabkan pengalihan penggunaan bahan pangan menjadi bahan baku energi dan mendorong kenaikan harga pangan. Ini harus diwaspadai," katanya.(*)

(T.M035/B012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011