Seoul (ANTARA News/AFP) - Prancis pada Kamis mengirim buku kerajaan kuno Korea Selatan, 145 tahun setelah tentaranya mengambil barang tersebut dalam serangan balasan di pulau sebelah barat Seoul.
Dua kontainer yang membawa 75 jilid buku "Uigue" yang menggambarkan petunjuk dalam protokol kerajaan yang ditulis pada masa Dinasti Chosun (1492-1910) tiba di bandara Incheon setelah dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Prancis.
Buku-buku itu akan ditempatkan di museum nasional Korsel. Secara teknis semua buku tersebut "dipinjam untuk masa lima tahun dan dapat diperbarui lagi", namun pejabat Seoul mengatakan Prancis tampaknya tidak akan mengklaim kembali buku-buku tersebut.
Masih ada 221 jilid yang akan dikirim pada akhir bulan depan, kata Kementerian Kebudayaan.
Pengembalian buku tersebut menjadi subjek perselisihan diplomatik yang tajam setelah seorang sejarawan Korea Selatan yang bekerja di Perpustakaan Nasional Prancis menemukan buku itu pada 1975.
Satu jilid dikembalikan pada 1993, saat Presiden Francois Mitterrand mengunjungi Seoul. Prancis saat itu berupaya keras untuk mengamankan proyek kereta berkecepatan tinggi bernilai miliaran dolar AS.
Presiden Prancis saat ini, Nicolas Sarkozy, setuju pada November tahun lalu untuk mengembalikan buku lain buku tersebut, saat ia bertemu Presiden Lee Myung-Bak di sela-sela pertemuan G20 di Seoul.
Buku-buku itu dibawa oleh tentara Prancis pada 1866, saat mereka menyerang pulau Ganghwa dalam serangan balasan atas tindakan eksekusi dinasti Chosun atas misionaris Katholik asal Prancis.
Seoul sudah lama berupaya untuk mengembalikan buku-buku tersebut yang berisi protokol untuk upacara dan ritual kerajaan dengan ilustrasi berwarna.
Menteri Kebudayaan Choung Byoung-Gug menggambarkan buku-buku tersebut sebagai "bagian yang membanggakan dari warisan kebudayaan kita" dan mengatakan pengembalian tersebut "memperdalam rasa percaya dan kemitraan" kedua negara.
Museum nasional akan memamerkan buku-buku itu pada 19 Juli hingga 18 September.
Kementerian Luar Negeri mengatakan pengembalian tersebut "mempercepat hubungan baik di masa depan" antara Korsel dan Prancis.
(Uu.KR-DLN/C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011