Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan bangsa Indonesia sangat kehilangan atas wafatnya wartawan senior Rosihan Anwar karena melalui pemikirannya yang jernih telah banyak menyumbangkan sejarah yang tak ternilai bagi perjalanan negara.
"Beliau berpikiran jernih, bahkan kejernihannya berpikir sebagai wartawan lebih utama dari pada persoalan kebebasan pers," kata Mohammad Nuh yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Kominfo di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut Nuh mengungkapkan kedekatan dengan Rosihan, terjalin saat dirinya masih menjabat sebagai Menkominfo dengan banyak memberikan masukan untuk kemajuan bangsa.
Wartawan senior Rosihan Anwar meninggal dunia di Rumah Sakit MMC Jakarta, Kamis pukul 08.15 WIB, karena serangan jantung.
Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, H Ilham Bintang mengatakan, informasi dari keluarganya menyebutkan, Rosihan Anwar, Kamis pagi masih disuapi oleh salah seorang putrinya, tapi kemudian merasa lemas.
"Anggota keluarganya kemudian segera membawa Rosihan Anwar ke rumah sakit MMC Jakarta," kata Ilham Bintang.
Menurut dia, tiba di rumah sakit ketika dilakukan pemeriksaan medis, dokter menyatakan Rosihan Anwar sudah meninggal dunia.
Informasi dari keluarga, H Rosihan Anwar sebelumnya menjalani operasi "bypass" jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, pada 24 Maret.
Setelah dirawat secara intensif selama 20 hari di rumah sakit tersebut, dokter mengizinkan Rosihan Anwar pulang untuk berobat jalan.
Rosihan Anwar lahir di Kubang Nan Dua, Solok, Sumatera Barat, 10 Mei 1922.
Ia meniti karir sebagai wartawan di Harian Indonesia Raya pada 1943, setelah menamatkan pendidikan AMS-A II di Yogyakarta pada 1942.
Rosihan Anwar konsisten sebagai wartawan yang karirnya terus meroket.Jabatan terakhirnya adalah Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat sejak 1983.(*)
(T.Z003/S025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011