London (ANTARA) - Indeks dolar mencapai tertinggi baru 16 bulan dan terkuat dalam lebih dari empat tahun terhadap yen pada Selasa, setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell dipilih untuk masa jabatan kedua, memperkuat ekspektasi pasar bahwa suku bunga AS akan naik pada 2022.
Pasar mata uang dalam beberapa bulan terakhir sebagian besar telah didorong oleh persepsi pasar tentang langkah yang berbeda di mana bank-bank sentral global mengurangi stimulus era pandemi dan menaikkan suku bunga.
"Keputusan itu menghilangkan satu sumber ketidakpastian untuk pasar keuangan dan mendukung kesinambungan kebijakan di The Fed," tulis analis mata uang MUFG Lee Hardman dalam sebuah catatan kepada klien.
Baca juga: Dolar kian kuat, penunjukkan kembali Powell picu taruhan Fed "hawkish"
"Kami memperkirakan imbal hasil AS dan dolar AS tetap di bawah tekanan ke atas dalam waktu dekat sementara data aktivitas dan inflasi AS secara mengejutkan meningkat."
Kepala riset valas dan komoditas Commerzbank, Ulrich Leuchtmann, mengatakan bahwa keputusan itu menguntungkan bagi dolar karena menunjukkan Presiden Joe Biden menghormati independensi Federal Reserve dari pemerintah.
"Biden telah terbukti berprinsip dengan pencalonan pada Senin," tulisnya dalam sebuah catatan kepada klien.
Pada Selasa pukul 08.19 GMT, indeks dolar berada di 96,426, sedikit di bawah tertinggi 16 bulan di 96,603 yang dicapai selama jam perdagangan Asia.
Baca juga: Dolar naik dipicu pencalonan kembali Powell, euro terpukul "lockdown"
Dibandingkan yen Jepang, dolar naik ke level tertinggi dalam empat setengah tahun, karena investor memperkirakan suku bunga AS menyimpang dari suku bunga di Jepang.
Mata uang Jepang sensitif terhadap pergerakan dalam surat utang pemerintah AS, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun naik 8,5 basis poin pada Senin (22/11/2021) ke level tertinggi sejak awal Maret 2020.
Pergerakan dolar-yen telah mereda pada pukul 08.24 GMT, dengan pasangan turun 0,2 persen pada 114,590, dibandingkan dengan tertinggi 115,160 yang dicapai pada awal sesi.
Euro menguat 0,2 persen terhadap dolar pada 1,1258 dolar AS, setelah mencapai level terendah 16 bulan terhadap dolar.
Euro telah kehilangan 2,6 persen sejauh bulan ini, dirugikan oleh kombinasi sikap kebijakan moneter dovish Bank Sentral Eropa dan, baru-baru ini, kebangkitan kasus COVID-19 di Eropa.
Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan awal bulan ini bahwa tingkat penularan saat ini di 53 negara Eropa "sangat memprihatinkan" dan menteri kesehatan Jerman telah menyerukan pembatasan lebih lanjut pada ruang publik.
Data PMI Jerman, yang lebih baik dari perkiraan, mendorong euro sedikit lebih tinggi. Data PMI Prancis juga lebih kuat dari yang diharapkan.
Tetapi kekurangan bahan baku dan masalah rantai pasokan, dikombinasikan dengan tagihan energi dan upah yang lebih tinggi, menyebabkan tingkat inflasi biaya yang belum pernah terjadi sebelumnya yang pada gilirannya menyebabkan banyak perusahaan menaikkan biaya mereka sendiri ke tingkat rekor, survei menunjukkan.
Lira Turki melemah ke rekor terendah baru 12 versus dolar. Ini adalah rekor terendah kesebelas dalam beberapa hari, setelah Presiden Tayyip Erdogan membela penurunan suku bunga baru-baru ini dan berjanji untuk memenangkan "perang kemerdekaan ekonomi".
Dolar Australia turun 0,1 persen pada 0,7217 dolar AS sementara dolar Selandia Baru turun 0,3 persen pada 0,6931 dolar AS.
Bank sentral Selandia Baru diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin pada Rabu (24/11/2021).
Di pasar uang kripto, bitcoin sedikit di bawah 56.000 dolar AS. Awal bulan ini bitcoin telah mencapai tertinggi baru sepanjang masa di 69.000 dolar AS.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021