Hal itu dikemukakan Prof. Dr Indroyono Soesilo, calon Dirjen FAO dari Indonesia periode 2012-2015, saat menyampaikan presentasi di depan Sidang Dewan FAO ke-141 di Roma, Rabu.
Minister Counsellor Pensosbud KBRI Roma, Musurifun Lajawa dalam ketarangan pers yang diterima ANTARA News di London Kamis menyebutkan, lima calon Dirjen FAO lainnya juga menyampaikan presentasi pada tahap pertama proses pemilihan Dirjen FAO berasal dari Austria, Brazil, Irak, Iran dan Spanyol.
Berbicara di depan delegasi dari 191 negara anggota FAO, Prof. Indroyono mengatakan dengan kepemimpinan baru memadukan akumulasi gagasan dengan pengalaman, serta dukungan kerja sama semua pemangku kepentingan, maka masalah kemiskinan dan kekurangan gizi sekitar 925 juta penduduk dunia dapat teratasi.
Indroyono juga menjelaskan usaha desentralisasi dan kegiatan FAO yang otonom di lapangan dan di negara anggota perlu didorong memanfaatkan secara maksimal sumber daya pengetahuan yang dimiliki FAO.
Mengenai sumber-sumber pendanaan, yang menjadi perhatian negara-negara anggota FAO, Indroyono mengatakan, masalah pendanaan akan dikelola secara lebih efektif dan efisien.
Pada saat bersamaan, rasa kepemilikan FAO perlu diperluas dengan mendorong partisipasi sebanyak mungkin pemangku kepentingan, disamping terus berupaya meningkatkan kerja sama dengan organisasi-organisasi internasional lainnya.
Sebagai organisasi berbasis pengetahuan, FAO perlu melakukan reposisi bekerja sama dengan negara anggota mengatasi berbagai tantangan.
Program dan proyek FAO perlu lebih diarahkan untuk mencapai misi FAO, yaitu mengentaskan kemiskinan dan kekurangan gizi dunia, dengan menciptakan ketahanan pangan yang berhubungan dengan pertanian, perikanan, kehutanan, bio-energi, perubahan iklim dan manajemen sumber daya alam.
Indroyono, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Menko Kesra, saat menjawab pertanyaan dari tujuh kelompok kawasan dalam Dewan tersebut menekankan mengenai perlunya ketersediaan, aksesibilitas dan keterjangkauan serta keamanan pangan.
Ketersedian pangan dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi, termasuk perikanan dan peternakan, bio-energi, disamping mengadakan mitigasi dan adaptasi untuk mengatasi perubahan iklim dunia.
Aksesibilitas pangan perlu diintergrasikan secara nasional dan dihubungkan secara global dengan asesmen pasar yang kuat dan langkah-langkah penetrasi pasar.
Aksesibiltas pasar juga mengikuti kebijakan keseimbangan perdagangan bebas dan adil, namun pengikuti kearifan lokal dan diletakkan dalam lingkup kebijakan investasi dalam negeri.
Mengenai pemberantasan kelaparan, Prof. Indroyono memperkenalkan kebijakan, yang disebut Tiga Pilar Program Pengentasan Kemiskinan.
Pilar pertama, "Program Bantuan Langsung" seperti bantuan pangan, jaminan kesehatan dan beasiswa. Pilar kedua, berkaitan dengan pemberdayaan manusia melalui pengenalan program dari bawah ke atas dan program serta proyek dilaksanakan sendiri.
Pilar ketiga, pengenalan kredit mikro untuk melakukan program kewiraswastaan. Ketiga pilar tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Pemilihan putaran kedua Dirjen FAO 2011-2012 akan dilaksanakan pada Konferensi Dewan FAO di Roma akhir Juni mendatang.
(H-ZG/S004)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011