Taipei (ANTARA) - Kapal perang Amerika Serikat pada Selasa lagi-lagi berlayar melintasi Selat Taiwan yang sensitif, yang menurut militer AS sebagai kegiatan rutin namun aksi AS itu selalu membuat China geram.

Pemerintah China yakin bahwa Washington sedang berupaya menyulut ketegangan kawasan.

Angkatan Laut AS mengatakan kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, Milius, melakukan "melintasi secara rutin Selat Taiwan" melalui perairan internasional sesuai dengan hukum internasional.

"Transit kapal via Selat Taiwan mencerminkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Militer AS mengudara, berlayar, dan beroperasi di mana saja yang diizinkan hukum internasional," katanya.

Sementara itu, belum ada tanggapan langsung dari China.

Militer China pada Oktober mengecam AS dan Kanada lantaran mengerahkan kapal perang untuk melintasi Selat Taiwan, menyebut tindakan negara-negara itu sebagai ancaman bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.

Baca juga: China kecam transit terbaru kapal perang AS di Selat Taiwan

China menyatakan Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis, sebagai wilayahnya dan kerap mengelar misi angkatan udara ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan selama setahun terakhir, yang menuai amarah Taipei.

AS, seperti kebanyakan negara lainnya, tidak menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan namun menjadi pendukung sekaligus pemasok senjata terpenting bagi Taipei.

Beijing menganggap Taiwan sebagai isu terpenting dan paling sensitif dalam hubungannya dengan Washington.

Kapal milik angkatan laut AS diperkirakan transit di selat tersebut setiap bulannya sehingga membuat Beijing geram.

Sejumlah sekutu AS terkadang juga mengirim kapal-kapal mereka melintasi selat tersebut, seperti yang pernah dilakukan Inggris pada September.

Sumber: Reuters

Baca juga: AS kecam kegiatan militer udara China di Laut China Selatan

Baca juga: Taiwan akan berjuang sampai akhir jika China menyerang

Presiden tekankan penghormatan atas hukum Internasional di Laut China Selatan

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021