"Kami mempromosikan kerajinan masyarakat Badui untuk membantu pendapatan ekonomi mereka," kata Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waset di Lebak, Senin
Pemerintah daerah (Pemda), lanjut dia, hingga kini terus membina dan membantu promosi pelaku ekonomi masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, agar produk masyarakat adat yang tinggal di Kaki Gunung Kendeng itu memiliki kualitas yang baik sehingga bisa bersaing di pasar.
Saat ini, kata dia, pelaku ekonomi masyarakat Badui yang jumlahnya sekitar 600 perajin kembali tumbuh setelah kasus COVID-19 menurun drastis.
Produk aneka kerajinan masyarakat Badui di antaranya kain tenun, pakaian kampret, tas koja, madu, pernah - pernik, dan golok. Harga produk kerajinan Badui di Plaza Komoditi Rangkasbitung bervariasi mulai Rp25 ribu hingga Rp750 ribu.
Baca juga: Baju adat Badui, antara Presiden Jokowi dan bangkitnya UMKM
Pemerintah daerah, kata dia, juga membantu legalitas hukum produk masyarakat Badui, seperti madu dengan tercatat dari BPOM, sertifikasi halal, dan perizinan rumah tangga yang diterbitkan pemerintah daerah serta memiliki barcode.
Legalitas hukum itu, lanjut dia, di antaranya menyatakan madu Badui murni alami dan tidak menggunakan zat berbahaya maupun kimia.
"Kami berharap penjualan produk aneka kerajinan Badui yang ditampung di Plaza Komoditi kembali normal," katanya.
Sementara itu Kubil (45) seorang perajin Badui mengaku saat ini permintaan konsumen cenderung meningkat, sehingga omzetnya naik dari sebelumnya Rp1 juta, kini bisa mencapai Rp20 juta/bulan.
"Meningkatnya omzet itu setelah Bapak Presiden Joko Widodo memakai busana masyarakat Badui," ujarnya.
Baca juga: Anggota DPRD Lebak: Jokowi beri dampak positif bagi bisnis UMKM Badui
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021