Alih-alih patuh, kebanyakan malah merasa bangga karena mampu melanggar peraturan. Adagium mereka: peraturan dibuat untuk dilanggarJakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jakarta Selatan dan Luar Negeri, Fayakhun Andriadi mengatakan, ruwetnya pembenahan ibukota Jakarta, termasuk kesemrawutan akibat kemacetan lalu lintas dan problematika banjir, disebabkan pertautan dua mentalitas yang tidak benar.
"Pertama adalah mentalitas manipulatif para pejabat dan kedua mentalitas tidak disiplinnya masyarakat," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Di sisi pejabat, menurutnya, anggaran-anggaran yang diajukan untuk pembenahan ibukota lebih dilihat sebagai ajang memperkaya diri sendiri, bukan pada menyelesaikan persoalan sebenarnya.
Sementara di sisi masyarakat, lanjutnya, kesadaran untuk mematuhi aturan sangatlah rendah.
"Alih-alih patuh, kebanyakan malah merasa bangga karena mampu melanggar peraturan. Adagium mereka: peraturan dibuat untuk dilanggar," ujarnya.
Contoh sederhana, demikian Fayakhun Andriadi, lihat saja perilaku pengendara (motor dan mobil) di jalan raya, betapa tidak disiplin, tak taat aturan, dan kurang menghargai satu sama lain.
Legislator yang tengah menuntaskan studi doktor-nya di Universitas Indonesia (UI) ini melihat sikap dan tindak para pejabat maupun umumnya warga sepertinya meneruskan tabiat atau perilaku ketika masih di sekolah.
"Seperti saat ujian di sekolah, kalau tidak ada pengawas ujian, maka semua hal boleh dilakukan. Hal itu juga berlaku di jalan raya," ungkapnya.
(M036/S019)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011