Adanya perubahan iklim global mengakibatkan cuaca dan iklim ini sudah kacau, yang biasanya hujan menjadi panas, yang biasanya panas menjadi hujan atau hujannya menjadi semakin lebat, semakin lama
Temanggung (ANTARA) - Puluhan petani tembakau di lereng Gunung Sumbing Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mendapat edukasi tentang iklim dan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika agar penanaman tepat waktu dan hasil panen baik.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Temanggung, Senin, mengatakan tanaman tembakau sangat dipengaruhi kondisi cuaca dan iklim dan saat ini kondisi cuaca dan iklim tidak teratur lagi.
"Adanya perubahan iklim global mengakibatkan cuaca dan iklim ini sudah kacau, yang biasanya hujan menjadi panas, yang biasanya panas menjadi hujan atau hujannya menjadi semakin lebat, semakin lama," katanya usai membuka sekolah lapang iklim (SLI) tematik komoditas tanaman tembakau di Desa Wonosori, Kecamatan Bulu, kabupaten Temanggung.
Ia menyampaikan dengan perubahan iklim global tersebut dapat menghambat proses tanam, dengan sekolah lapang iklim ini para petani dan para penyuluh pertanian diberikan pemahaman bagaimana cara memahami cuaca dan iklim dan mereka diberikan sarana untuk memonitor perkembangan cuaca dan iklim dari waktu ke waktu.
Ia mencontohkan melalui perangkat telepon seluler, mereka bisa mengetahui cuaca hari ini sampai enam hari ke depan di kecamatan masing-masing, baik itu kondisi hujan, bagaimana kondisi awan, kondisi suhu udara, kecepatan dan arah angin, kelembaban udara. Hal itu dibutuhkan saat menanam tembakau.
"Hal itu yang diajarkan bagaimana memahami informasi-informasi itu sehingga petani bisa menyusun strategi, rencana tanam harus bagaimana, kira-kira apakah hama penyakit akan berkembang dengan semakin meningkatnya curah hujan. Apakah harus ditanam sekarang atau ditunda, kemudian harus ditanam jenis yang sama atau diubah," katanya.
Ia menuturkan jadi petani harus beradaptasi dengan perubahan kondisi cuaca dan iklim agar tetap tangguh, tetap bisa menghasilkan seperti yang diharapkan dan masyarakat sejahtera.
Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Sukasno mengatakan kegiatan SLI ini diikuti 30 peserta, terdiri atas dua penyuluh pertanian lapangan dan 28 petani dari Desa Wonosoari, Pandemulyo, Wonotirto, dan Pagergunung.
Ia menyebutkan SLI ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan iklim petani dan kemampuan mereka untuk mengantisipasi fenomena iklim tertentu dalam aktivitas usaha tani mereka.
Kemudian membantu petani dalam mengamati parameter iklim dan menggunakan aplikasi dalam kegiatan dan strategi usaha tani mereka.
Selain itu, membantu petani untuk menerjemahkan dan memahami informasi dan prakiraan iklim guna mendukung kegiatan pertanian, terutama untuk keputusan awal tanam dan strategi pengelolaan tanaman mereka.
Baca juga: Kepala BMKG: Pemahaman cuaca-iklim jadikan kemandirian petani
Baca juga: SLI berdampak peningkatan produktivitas petani
Baca juga: BMKG gelar SLI untuk mudahkan penyebaran informasi kualitas udara
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021