Jakarta (ANTARA News) - Pelabuhan di Indonesia dalam kondisi buruk karena keterbatasan infrastruktur, dana, dan fasilitas lainnya yang menunjang kegiatan pelabuhan.

Hal itu diutarakan Dirut PT Pelabuhan Indonesia (Pellindo) II R.J. Lino ketika berbicara pada acara "Maritime Talk" bertema "Tantangan dan Peluang Bisnis Kepelabuhanan Pasca Pemberlakuan UU 17/2008 tentang Pelayaran di Wisma ANTARA, Jakarta, Selasa (12/4).

"Kondisi pelabuhan Indonesia sangat jelek kualitasnya, " kata Dirut PT Pelindo II, R.J. Lino.

Tentu kita masih ingat dengan antrean truk di Tol Merak yang mencapai 11 Kilometer sehingga membuat ribuan sopir harus menunggu dua sampai tiga hari baru bisa masuk ke Pelabuhan setelah mengantre di Tol Merak dan Cikuasa Atas.

Lino memberikan satu contoh kasus buruknya standar pelayanan pelabuhan di Indonesia. Dia menguraikan pelabuhan berkelas internasional di seluruh dunia pasti memiliki crane (alat mengangkat kontainer) tapi di Tanjung Priok, bongkar muat kontainer masih mengandalkan crane yang berasal dari kapal.

"Itu yang menyebabkan kegiatan bongkar muat tidak efisien dan memakan biaya besar karena kapal harus membawa crane ke mana-mana," katanya.

Menurut Lino, buruknya pelayanan di pelabuhan disebabkan oleh dana logistik yang tinggi dan minimnya koneksivitas, tapi dia optimistis jika negara bisa menyediakan fasilitas maka pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat.

"Kebutuhan kita meningkat, kita punya potensi untuk itu," katanya.

Oleh karena itu, saat ini Lino memberikan dua terobosan terbaru yaitu meningkatkan produktifitas, mengurangi biaya, mengembangkan sumber daya manusia yang ada dan menjalin kerjasama dengan beberapa mitra kerja.

"Saat ini kami memiliki 26 partner dan kami juga mengirimkan SDM yang ada ke luar negeri seperti China, jadi ketika balik dari China minimal mereka harus bisa berbicara China," katanya.

Acara "Maritime Talk" ini juga disponsori oleh PT Edi Indonesia, PT Pellindo II dan TPK Koja.

(Adm/S026)

Pewarta: Adam Rizallulhaq
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011